Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Inilah Penamaan hingga Alasan Mengapa Indonesia ingin Memindahkan dan Membuat Ibukota Baru

Assalammu‘alaikum wr. wb.

Halo Semuanya! Sejak beberapa hari yang lalu sejak Hari Senin, 26 Agustus 2019 (25 Dzulhijjah 1440 H) lalu Presiden RI Joko Widodo telah Mengumumkan bahwa Perencanaan Memindahkan Ibu Kota Indonesia ke Kalimantan Timur (Kaltim).





PENAMAAN IBUKOTA BARU

Dikutip dari Artikel : Kompas.com


Sejak pernyataan yang disampaikan Sejak Senin (26/8/2019 | 25/12/1440) itu, warganet Tanah Air sudah memberikan berbagai usulan nama Calon Ibu Kota Baru yang pembangunannya bakal dimulai Tahun Depan. Dilansir Reuters Selasa (27/8/2019 | 26/12/1440), "Saint Jokoburg" dan " Jokograd" masuk dalam 11 Usulan Nama Ibu Kota Baru Indonesia yang diunggah Akun Twitter @Enggalpm.


"Semoga mereka mempertimbangkan," ujar salah seorang netizen mengomentari pemindahan ibu kota yang diprediksi menelan dana hingga Rp. 466 Triliun itu. 

Saran, baik serius maupun ringan, mewarnai media sosial setelah Presiden Jokowi mengatakan bakal memindahkannya pada 2024 dari Jakarta yang berada di Jawa. 

Lokasi Ibu Kota baru di Kalimantan Timur itu bakal berada di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utama dan Kabupaten Kutai Kartanegara, demikian merujuk pada pernyataan Jokowi. "Mandalanusa", yang memiliki Arti Pusat Kepulauan, merupakan satu usulan nama lain untuk calon ibu kota menurut Akun Twitter bernama @IDThalamus

Usulan itu mencerminkan Fakta bahwa lokasinya berada di Pusat Geografi Negara dengan 17.000 Pulau membentang di Area seluas lebih dari 5.000 km² (Kilometer Persegi). Kementerian PPN/Bappenas mengatakan, Nama Ibu Kota Baru belum ditentukan. Sementara Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri tidak memberi Komentar.

Sensitif

Nama menjadi hal sensitif di Indonesia, Negara dengan Populasi Terbesar Keempat di Dunia, dengan sekitar 260 Juta Penduduk yang berasal dari 300 Suku dan Bangsa. 

"Sri Mahendrakerta" yang merupakan Kombinasi Bahasa Sanskerta berarti "Kota yang diberkati Tuhan untuk membawa Kebijaksanaan, Keadilan, dan Menciptakan Kemakmuran"; Disarankan oleh Warganet Twitter @AnugrahArfaS6. Di Media Sosial Facebook yang mempunyai 130 Juta Pengguna, netizen mengusulkan Kartanegara merujuk pada Kutai Kartanegara yang awalnya Kerajaan Hindu abad ke-4.


ALASAN MENGAPA IBU KOTA DI INDONESIA HARUS PINDAH

Sumber Artikel : Kompas.com


Presiden Joko Widodo telah secara Resmi mengumumkan Lokasi yang rencananya menjadi Ibu Kota Baru di Indonesia. Pemerintah memutuskan untuk memindahkan Ibu Kota dari DKI Jakarta ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. 

Jokowi menyatakan, beban di Jakarta dan pulau Jawa sudah terlalu berat. Dengan demikian, ia memutuskan Ibu Kota baru harus di luar Pulau Jawa.

Dalam paparan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di acara Youth Talks pada 20 Agustus 2019 (19 Dzulhijjah 1440 H), disampaikan sejumlah alasan mengapa pulau Jawa tak dipilih lagi sebagai lokasi ibu kota baru. 

Setidaknya ada 4 Alasan yang mendasarinya, yaitu sebagai berikut : 


1. Penduduk Pulau Jawa terlalu Padat 


Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2015 menyebutkan, Sebesar 56,56% Masyarakat Indonesia Terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sementara di pulau lainnya, Persentasenya kurang dari 10%, kecuali Pulau Sumatera.

Penduduk Sumatera sebesar 21,78% dari Keseluruhan Masyarakat Indonesia, atau sebanyak 56.932.400 Jiwa. Di Kalimantan, Persentase Penduduk Indonesia hanya 6,05% atau 15.801.800 Jiwa. Di Sulawesi, persentase penduduk Indonesia sebesar 7,33% atau 19.149.500 Jiwa. Di Bali dan Nusa Tenggara, penduduknya sebanyak 14.540.600 Jiwa atau 5,56% Penduduk Indonesia.


2. Kontribusi Ekonomi terhadap PDB 


Alasan keduanya adalah Kontribusi Ekonomi pulau pulau terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia atau Produk Domestik Bruto (PDB), sangat mendominasi. Sementara Pulau lainnya Jauh Tertinggal. Jokowi ingin menghapuskan istilah "Jawasentris" sehingga Kontribusi Ekonomi di Pulau Lain juga harus digenjot.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, Kontribusi Ekonomi terhadap PDB di Pulau Jawa sebesar 58,49%. Sebanyak 20,85% di antaranya disumbang oleh Jabodetabek. 

Sementara Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa sebesar 5,61%. Di Sumatera, Kontribusi Ekonominya sebesar 21,66% dengan pertumbuhan 4,3%. Adapun di Kalimantan, Kontribusi Ekonominya sebesar 8,2% dengan Pertumbuhan Ekonomi 4,33%. Di Sulawesi, Kontribusi Ekonominya hanya 6,11%. Namun, Pertumbuhan Ekonominya Paling Tinggi, yakni 6,99%. Di Bali dan Nusa Tenggara, Kontribusi Ekonominya 3,11% dengan Pertumbuhan Ekonomi sebesar 3,73%. Di Maluku dan Papua, berkontribusi sebesar 2,43% dengan Pertumbuhan Ekonomi sebesar 4,89%.


3. Krisis ketersediaan Air 

Ketersediaan Air Bersih menjadi salah satu Concern Pemerintah dalam menentukan lokasi Ibu Kota Baru.


Pulau Jawa, berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Tahun 2016, mengalami krisis air yang cukup parah. 

Ada daerah yang termasuk Indikator berwarna Kuning yang artinya Mengalami Tekanan Ketersediaan Air, seperti di wilayah Jawa Tengah. Di wilayah Jawa Timur, Indikatornya berwarna Oranye / Jingga yang artinya ada Kelangkaan Air. Sementara di Wilayah Jabodetabek, Indikatornya Merah atau terjadi Kelangkaan Mutlak.


Hanya Sebagian Kecil di Pulau Jawa yang memiliki Indikator Hijau atau Ketersediaan Airnya masih Sehat, yakni di Wilayah Gunung Salak hingga Ujung Kulon.

4. Konversi Lahan di Jawa Mendominasi 

Hasil Modelling KLHS Bappenas 2019 menunjukkan, Konversi Lahan terbesar terjadi di Pulau Jawa. Proporsi Konsumsi Lahan terbangun di Pulau Jawa mendominasi, bahkan mencapai 5 Kali Lipat dari Kalimantan. Pada Tahun 2000, Proporsi Lahan terbangun di Jawa sebesar 48,41%. Kemudian berkurang menjadi 46,49% pada Tahun 2010.

Diprediksi, Lahan terbangun di Pulau Jawa pada Tahun 2020 dan 2030 sebesar 44,64% dan 42,79% menyusul Rencana Pemindahan Ibu Kota. Di Kalimantan, Keterbangunan Lahannya sebesar 9,29% pada Tahun 2010. Proporsi Lahan terbangun di Kalimantan diprediksi meningkat pada Tahun 2020 menjadi 10,18% dan 11,08% pada Tahun 2030. Sementara di Sumatera, Proporsi Lahan terbangunnya sebesar 32,54% pada Tahun 2010. Diprediksi, Pembangunannya terus meningkat pada 2020 sebesar 32,71 persen dan pada 2030 sebesar 32,87%. Adapun di Sulawesi, Proporsi Lahan terbangunnya sebesar 4,88% pada Tahun 2010. Kemudian, diprediksi terus bertumbuh menjadi 5,42% pada Tahun 2020 dan 5,96% pada Tanun 2030.



Mungkin maksud pemerintahan kita ini punya Tujuan dan Alasan yang baik memindahkan Ibu Kota negara kita. Tujuannya karena di DKI Jakarta banyak Masalah seperti Polusi yang sudah Tercemar, Bencana Alam seperti Banjir, Kemacetan yang cukup parah, hingga Kepadatan Penduduk untuk ditinggalinya.

Berikut, Inilah Infografik dari ID LINE Resminya Kominfo tentang Pemindahan Ibu Kota kita : 







Sekian Informasi ini, Semoga Bermanfaat :)

Terima Kasih;


Wassalammu‘alaikum wr. wb.

Ads