Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Articles (#1) : Adab Menyambut Gerhana Bulan dalam Islam

Assalammualaikum wr. wb.
ADAB MENYAMBUT GERHANA BULAN
DALAM ISLAM
Dikutip dari :
Sebagian tanda keagungan Allah tampil pada fenomena alam, seperti gerhana bulan
atau gerhana matahari. Dua kejadian tersebut menjadi bagian dari ayat kauniyah
yang biasanya dibedakan dari ayat qauliyah (Al-Qur’an). Ayat berarti tanda.
Maksudnya, representasi dari kemahabesaran Allah, yang seharusnya membuat
manusia kian meresapi kehadiran-Nya dan meningkatkan intensitas penghambaan.

Dalam Islam gerhana matahari dikenal dengan sebutan kusufus syamsi dan
gerhana bulan dikenal dengan sebutan khusuful qamar. Para pakar ilmu falak
atau astronomi telah memprediksi pada tanggal 31 Januari 2018 akan terjadi
gerhana bulan total yang berlangsung sekitar satu jam. Umat Islam disunnahkan
melaksanakan shalat khusuf (gerhana bulan) setiap kali menyaksikan peristiwa ini terjadi.

(Baca: Maklumat PBNU tentang Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018)
Terkait dengan peristiwa gerhana bulan, Imam al-Ghazali dalam risalahnya
berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo,
Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 437) menyebutkan beberapa adab menyambut
gerhana bulan sebagai berikut:

آداب الخسوف: دوام الفزع، وإظهار الجزع، ومبادرة التوبة، وترك الملل، وسرعة القيام الى
 الصلاة، وطول القيام فيها، واستشعار الحذر.

Artinya: “ Senantiasa memiliki rasa takut, menampakkan rasa haru, segera bertobat,
tidak bersikap mudah bosan, segera melaksanakan shalat, berlama-lama dalam
shalatnya dan merasakan adanya peringatan.” 

(Baca juga: Hukum Shalat Gerhana Matahari dan Tata Caranya)
Dari kutipan di atas dapat diuraikan ketujuh adab menyambut gerhana bulan
sebagai berikut: 

Pertama, senantiasa memiliki rasa takut. Sepanjang peristiwa gerhana sebaiknya
seseorang menunjukkan rasa takut di hadapan Allah SWT dan bukan rasa takut
atas peristiwa gerhana itu sendiri. Rasa takut itu sangat penting dalam rangka
membentuk kartakter takwa kepada Allah-Nya. Tanpa rasa takut sudah pasti seseorang
akan mudah melakukan kemaksiatan.

Kedua, menampakkan rasa haru. Sepanjang peristiwa gerhana sebaiknya seseorang
menampakkan rasa haru atas peristiwa gerhana di hadapan Allah SWT. Bagaimanapun
 peristiwa ini merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT sebagai
Sang Pencipta sekaligus Sang Penguasa langit, bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya.

Ketiga, segera bertobat. Salah satu rangkaian bertobat adalah membaca istighfar.
Hal ini dapat dilakukan, misalnya, ketika duduk di dalam masjid sambil menunggu
saat iqamah. Dalam rangkaian shalat gerhana, khatib dalam doanya sewaktu khutbah
mengucapkan istighfar dengan banyak memohon ampunan kepada Allah SWT,
dan doa ini diamini oleh para jamaah. 

Keempat, tidak bersikap mudah bosan. Sepanjang gerhana terjadi sebaiknya seseorang
merasa betah menyambut peristiwa ini hingga selesai rangkaian pelaksanaan
shalat gerhana. Shalat gerhana memang cenderung memakan waktu lebih lama
dari pada shalat-shalat lainnya karena dalam setiap rakaatnya rukuk dilakukan dua kali.
Demikian pula ketika khutbah disampaikan sebaiknya seseorang dapat mendengarkan
isi nasihat-nasihatnya dengan khusyu’ dan khidmat. 

Kelima, segera melaksanakan shalat. Begitu gerhana bulan terjadi, shalat khusuf ini
sebaiknya segera dimulai dan dilakukan secara berjamaah. Baik laki-laki maupun perempuan
disunnahkan melaksanakan shalat gerhana. 

Keenam, berlama-lama dalam shalatnya. Shalat gerhana berlangsung dua rakaat
namun memakan waktu lebih lama dari pada shalat-shalat lainnya karena dalam
setiap rakaat terdapat dua ruku’. Ini artinya  dalam setiap rakaatnya dilakukan
bacaan al-fatihan dan surah lainnya dua kali karena berdirinya juga dua kali
sehingga total rukuk dan bacaan al-fatihah serta surah lainnya adalah empat. 

Ketujuh, merasakan adanya peringatan. Sepanjang shalat gerhana sebaiknya
seseorang merasakan adanya peringatan terkait peristiwa gerhana bahwa hal itu
merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah sebagai Sang Pencipta
sekaligus Sang Penguasa langit dan bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya.
Untuk itu diharapkan dengan melaksanakan shalat gerhana seseorang akan meningkat
ketakwaannya kepada Allah SWT. 

Ketujuh adab tersebut sebaiknya dilakukan secara utuh sebab dapat meningkatkan
kesadaran kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Hal yang tak kalah penting
dari menyambut peristiwa gerhana ini adalah adanya kesadaran kita akan perlunya
memperhatikan kejadian-kejadian alam sebab hal ini dapat meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah SWT. 


Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Terkait dengan peristiwa gerhana bulan, Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 437) menyebutkan beberapa adab menyambut gerhana bulan sebagai berikut:

آداب الخسوف: دوام الفزع، وإظهار الجزع، ومبادرة التوبة، وترك الملل، وسرعة القيام الى الصلاة، وطول القيام فيها، واستشعار الحذر.

Artinya: “ Senantiasa memiliki rasa takut, menampakkan rasa haru, segera bertobat, tidak bersikap mudah bosan, segera melaksanakan shalat, berlama-lama dalam shalatnya dan merasakan adanya peringatan.” 

Dari kutipan di atas dapat diuraikan ketujuh adab menyambut gerhana bulan sebagai berikut: 

Pertama, senantiasa memiliki rasa takut. Sepanjang peristiwa gerhana sebaiknya seseorang menunjukkan rasa takut di hadapan Allah SWT dan bukan rasa takut atas peristiwa gerhana itu sendiri. Rasa takut itu sangat penting dalam rangka membentuk kartakter takwa kepada Allah-Nya. Tanpa rasa takut sudah pasti seseorang akan mudah melakukan kemaksiatan.

Kedua, menampakkan rasa haru. Sepanjang peristiwa gerhana sebaiknya seseorang menampakkan rasa haru atas peristiwa gerhana di hadapan Allah SWT. Bagaimanapun peristiwa ini merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT sebagai Sang Pencipta sekaligus Sang Penguasa langit, bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya.

Ketiga, segera bertobat. Salah satu rangkaian bertobat adalah membaca istighfar. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, ketika duduk di dalam masjid sambil menunggu saat iqamah. Dalam rangkaian shalat gerhana, khatib dalam doanya sewaktu khutbah mengucapkan istighfar dengan banyak memohon ampunan kepada Allah SWT, dan doa ini diamini oleh para jamaah. 

Keempat, tidak bersikap mudah bosan. Sepanjang gerhana terjadi sebaiknya seseorang merasa betah menyambut peristiwa ini hingga selesai rangkaian pelaksanaan shalat gerhana. Shalat gerhana memang cenderung memakan waktu lebih lama dari pada shalat-shalat lainnya karena dalam setiap rakaatnya rukuk dilakukan dua kali. Demikian pula ketika khutbah disampaikan sebaiknya seseorang dapat mendengarkan isi nasihat-nasihatnya dengan khusyu’ dan khidmat. 

Kelima, segera melaksanakan shalat. Begitu gerhana bulan terjadi, shalat khusuf ini sebaiknya segera dimulai dan dilakukan secara berjamaah. Baik laki-laki maupun perempaun disunnahkan melaksanakan shalat gerhana. 

Keenam, berlama-lama dalam shalatnya. Shalat gerhana berlangsung dua rakaat namun memakan waktu lebih lama dari pada shalat-shalat lainnya karena dalam setiap rakaat terdapat dua ruku’. Ini artinya  dalam setiap rakaatnya dilakukan bacaan al-fatihan dan surah lainnya dua kali karena berdirinya juga dua kali sehingga total rukuk dan bacaan al-fatihah serta surah lainnya adalah empat. 

Ketujuh, merasakan adanya peringatan. Sepanjang shalat gerhana sebaiknya seseorang merasakan adanya peringatan terkait peristiwa gerhana bahwa hal itu merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah sebagai Sang Pencipta sekaligus Sang Penguasa langit dan bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya. Untuk itu diharapkan dengan melaksanakan shalat gerhana seseorang akan meningkat ketakwaannya kepada Allah SWT. 

Ketujuh adab tersebut sebaiknya dilakukan secara utuh sebab dapat meningkatkan kesadaran kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Hal yang tak kalah penting dari menyambut peristiwa gerhana ini adalah adanya kesadaran kita akan perlunya memperhatikan kejadian-kejadian alam sebab hal ini dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. 

TATA CARA SHALAT GERHANA
Dikutip dari :

Sebelum shalat ada baiknya imam atau jamaah melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut:
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى
Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ
Jika Sendirian :
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ لله تَعَالَى
Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat karena Allah SWT.”

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut :
1. Mengucapkan niat di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
2. Baca taawudz dan Surat Al-Fatihah.
3. Membaca Surat Al-Baqarah atau surat lainnya yang dibaca keras oleh imam.
4. Rukuk, disunahkan lamanya seperti waktu membaca surat yang panjang sambil membaca tasbih.
5. Itidal, bukan baca doa i’tidal, Al Fatihah dan surat yang disunahkan lebih pendek dari sebelumnya.
6. Rukuk dengan membaca tasbih, disunahkan waktunya lebih cepat atau pendek dari rukuk sebelumnya.
7. Itidal, membaca doa i’tidal.
8. Sujud dengan membaca tasbih yang lama atau panjangnya seperti rukuk pertama.
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud kedua dengan membaca tasbih lama dan panjangnya seperti rukuk kedua.
11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua.
12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama.
13. Dalam rakaat kedua ini, dianjurkan untuk membaca surat An Nisa dan Al Maidah.Dan setelah itu mengucapkan salam
14. Imam atau khotib yang sudah ditunjuk memberikan khutbah setelah salat gerhana bulan.
Atau juga bisa dilihat di situs lain (Jika anda ingin shalat gerhana sendirian) :
Wassalammualaikum wr. wb.

Ads