Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Figure Ground, Linkage, dan Place (Sistem Perkotaan)

Assalammu‘alaikum wr. wb.

Hello guys, Kembali lagi bersama Inzaghi's Blog! Sebelumnya sudah pernah membahas tentang "Materi Singkat Teori Sistem Perkotaan" dan "Materi Singkat tentang Bentuk Kota". Kali ini kita akan membahas tentang Teori Figure Ground, Linkage, dan Place untuk Mata Kuliah (Matkul) Sistem Perkotaan.



Jadi Perbandingan Analisis Figure Ground, Linkage, dan Place adalah :

Analisis Figure Ground

Pada analisa ini meliputi pola sebuah tempat yang membahas mengenai fungsi dan sistem pengaturan, dua pandangan pokok terhadap pola kota yang meliputi organisasi lingkungan, figure yang figuratif dan ground. Perhatian diberikan pada pola kawasan perkotaan dan keteraturan pentaan ruang perkotaan melalui massa-masa bangunan.

Analisis Linkage

Ada tiga macam cara penghubung, yaitu linkage visual, linkage struktural, serta linkage bentuk kolektif. Semua bentuk tersebut merupakan dinamika perkotaan yang dianggap sebagai generator kota. Perhatian diberikan pada hubungan antara sebuah kawasan yang satu dengan kawasan yang lain

Analisa Place

Pada analisa ini akan dibahas mengenai makna sebuah kawasan sebagai sebuah tempat perkotaan. Analisa Place pada penelitian ini adalah analisa konteks kota dan citra kota yang terdiri dari path (jalur), edge (tepian), district (kawasan), node (simpul), landmark. (Lynch, 1969)


FIGURE GROUND


Analisis dari Figure Ground adalah meliputi pola sebuah tempat yang membahas mengenai fungsi dan sistem pengaturan, dua pandangan pokok terhadap pola kota yang meliputi organisasi lingkungan, figure yang figuratif dan ground. Perhatian diberikan pada pola kawasan perkotaan dan keteraturan pentaan ruang perkotaan melalui massa-massa bangunan.

Teori-teori figure/ground di ketahui dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun (Building Mass) dan Ruang Terbuka (Open Space) danmerupakan analisis yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola sebuah Tata Ruang perkotaan, serta mengidentifikasikan masalah keteraturan perkotaan.

1. Pola suatu Tempat

Kemampuan untuk menentukan pola-pola dapat membantu menangani masalah mengenai Ketepatan (Constancy) dan Perubahan (Change) dalam perancangan kota serta membantu menentukan pedoman-pedoman dasar untuk menentukan sebuah perancangan lingkungan kota yang konkret sesuai tekstur konteksnya.

a. Fungsi Pengaturan

Untuk memahami bagaimanakah pikiran manusia bekerja karena pikiran manusia menentukan suatu tatanan dunia dalam pikiran tradisional, dunia alam adalah kacau dan tidak tertib (Contoh : Daerah Hutan). Artinya  manusia cendrung menggolongkan, mengatur dan menghasilkan bagan-bagan kognitif misalnya permukiman-permukiman bangunan-banguanan dan pertamanan.

b. Sistem Pengaturan

Suatu lingkungan binaaan tidak dapat di rasakan tanpa adanya suatu bagan kognitif yang mendasarinya. Beberapa kehidupan dan kegiatan perkotaan secara arsitektural dapat di klasifikasikan dalam 3 (Tiga) Kelompok sebagai berikut :
  • Susunan khawasan bersifat homogen yang jelas, dimana ada hanya satu pola penataan.
  • Susunan kawasan yang bersifat heterogen, dimana dua (atau lebih) pola berbenturan
  • Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengan kecenderungan kacau.

2. Pandangan Pokok terhadap Pola Kota

Di Sebuah wilayah yg besar seperti kota, muncul aktifitas-aktifitas sangat luas dan bebeda. Semua aktivitas itu secara umum menggambarkan pilihan yang dibuat berdasarkan seluruh kemungkinan alternative yang ada. Dengan demikian kawasan perkotaan tidak mengesankan sebagai suayu bagian daerah yang luas, melainkan permukiman itu terorganisir menurut prioritas-prioritas tertentu.

a. Figure yang Figuratif

Pandangan pertama memperhatikan konfigurasi massa atau blok yang di lihat secara figurative artinya, perhatian di berikan pada figure massanya. Kebanyakan orang, baik perancang maupun masyarakat trtarik pada pandangan tersebut yang dapat di temukan di dalam budaya tradisional, maupun modern. Misalkan pada masa kini kebanyakan kawasan perkotaan seperti real estate atau daerah perdagangan juga mengekspresikan cara pandang tersebut.

b. Ground yang Figuratif

Pandangan kedua mengutamakan konfigurasi ground (konfigurasi ruang tau void). Artinya, konfigurasi ruang atau vloid dilihat sebagai suatu bentuk tersendiri. Dan sekali lagi pandangan ini pun dapat di temukan di dalam budaya tradisional maupun budaya teknologi.
Secara teknis pandangan konfigurasi yang bersifat special telah lama di perkenalkan dan pada saat ini secara umum sering di pakai di dalam perancangan perkotaan sejak gerakan postmodernisme. Hal itu muncul karena sebuah kawasan kota atau sebuah gedung sebagai sebuah nucleus (inti) kota sering menghadapi ketidakteraturan ekstern dalam lingkungannya. Secara khusus ada teori desain yang di sebut sistim poche yang seringkali membantu keberhasilan para perancang kota dalam tugas mencari kualitas baru tekstur figure/ground sebuah khawasan kota yang belum jelas sebelumnnya.

c. Pemakaian Sistem Poche dalam Perancangan Kota

Sistim poche sebenarnya tidak baru, melainkan sudah lama di kenal dan sering di pakai perlu di perhatikan skala perkotaan dimana system ini dapat di pakai secara efektif.
Tekstur figure/ground perkotaan secara fungsional
Pada tahun 1748 giambatista nolli seorang arsitek italia, menemukan suatu cara analitis arsitektural dengan menunjukan secara analitis semua massa dan ruang perkotaan yang bersifat public (dan semipublic) ke dalam suatu gambaran figure/ground secara khusus cara analisisnya  sejak waktu itu di sebut dengan nolli plan dimana semua massa yang bersifat public atau semipublic tidak lagi di ekspresikan sebagai massa (dengan warna hitam) melainkan di golongkan bersama tkstur ruang dengan warna putih.

3. Pola Massa dan Ruang

Secara Teoritik ada enam tipologi pola yang dibentuk oleh hubungan massa dan ruang yaitu pola anguler, aksial, grid, kurva linier, radial konsentris dan organis. Pola angular adalah konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruang secara menyiku. Pola aksial adalah konfigurasi massa bangunan dan ruang di sekitar poros keseimbangan yang tegak lurus terhadap suatu bangunan monumentalis. Pola grid adalah konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk perpotongan jalan-jalan secara tegak lurus. Pola kurva linier adalah konfigurasi massa bangunan dan ruang secara linier (lurus menerus). Pola radial konsentris adalah konfigurasi massa dan ruang yang memusat. Sedangkan pola organis merupakan konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk secara tidak beraturan.

Pola Konfigurasi Massa Bangunan (Solid) dan Ruang Terbuka (Void)

4. Tekstur Perkotaan

Tekstur merupakan derajat keteraturan dan kepadatan massa dan ruang. Menurut variasi massa dan ruangnya, secara teoritik ada tiga tipologi tekstur perkotaan yaitu :
  1. Tekstur Homogen : Konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang realtif sama baik dari ukuran, bentuk dan kerapatan;
  2. Tekstur Heterogen : Konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang ukuran, bentuk dan kerapatannya berbenda;
  3. Tektur Tidak Jelas : Konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang ukuran, bentuk dan kerapatannya sangat heterogen sehingga sulit mendefinisikannya. 

Tekstur Konfigurasi Massa Bangunan dan Lingkungan (Sumber: Markus Zahn, 2000 : 81)

Kepadatan massa terhadap ruang merupakan bagian penting dalam tekstur perkotaan maka biasanya para perancang membagi tekstur menjadi Tipologi kepadatan yaitu Tipologi : 
  • Kepadatan Tinggi (BCR > 70 %),
  • Kepadatan Sedang (BCR 50-70 %)
  • Kepadatan Rendah (BCR < 50 %)

5. Tipologi Solid (Massa) dan Void (Ruang)

Sistem hubungan di dalam figure/ground mengenal dua kelompok elemen, yaitu solid (massa bangunan) dan void (ruang). Secara teoritik ada tiga elemen dasar yang bersifat solid serta empat elemen dasar yang bersifat void. Tiga Elemen Solid (atau Blok) adalah (1) blok tunggal ; terdapat satu massa bangunan dalam sebuah blok yang dibatasi jalan atau elemen alamiah (2) blok yang mendefinisi sisi; konfigurasi massa bangunan yang menjadi pembatas sebuah ruang dan (3) blok medan ; konfigurasi yang terdiri dari kumpulan massa bangunan secara tersebar secara luas.

Tipologi Masa Bangunan (Blok) (Sumber: Markus Zahn, 2000 : 97)

Elemen void (ruang) sama pentingnya, karena elemen ini mempunyai kecenderungan untuk berfungsi sebagai sistem yang memiliki hubungan erat tata letak dan gubahan massa bangunan. Secara teoritik ada 4 (Empat) Elemen Void yaitu : 
  1. Sistem tertutup yang linear : Ruang yang dibatas oleh massa bangunan yang memanjang dengan kesan terutup, biasanya adalah ruang berada di dalam atau belakang bangunan dan umumnya bersifat private atau khusus seperti brandgang 
  2. Sistem tertutup yang memusat :  Ruang yang dibatas oleh massa bangunan dengan kesan terutup, 
  3. Sistem terbuka yang sentral : Ruang yang dibatasi oleh massa  dimana kesan ruang bersifat terbuka namun masih tampak terfokus (misalnya alun-alun, taman kota, dan lain-lain) dan 
  4. Elemen Sistem Terbuka yang linear merupakan Tipologi ruang yang berkesan terbuka dan linear (misalnya kawasan sungai dan lain-lain). Dalam Literatur Arsitektur, elemen terbuka kadang-kadang juga diberikan istilah soft-space dan ruang dinamis, sedangkan ruang tertutup dinamakan hard-space dan ruang statis.

Tipologi Elemen Ruang (Urban Void) (Sumber: Markus Zahn, 2000 : 97)

Rob Krier 1991: 15-62 mengemukakan secara teoritis berbagai tipologi ruang terbuka dan tertutup berdasarkan geometri dasar segi empat, lingkaran dan segi tiga dengan berbagai variasinya. Tipologi-tipologi itu dihasilkan dari proses pengubahan Siku (Angling), membagi (segment), menambahkan (addition), menggabungkan (merging), menumpukkan (overlapping), menyimpangkan (distortion) bentuk dasar Segi Empat, lingkaran dan segi tiga  baik secara reguler (lazim sesuai dengan kaidah merancang) maupun Irreguler dalam berbagai skala.

Tipologi Ruang Terbuka dan Tertutup berdasarkan Bentuk Dasar (Sumber: Rob Krier, 1991 : 29)


LINKAGE

Sumber Materi : Arcaban.blogspot.com

Analisis dari Linkage adalah Ada 3 (Tiga) macam cara penghubung, yaitu linkage visual, Linkage Struktural, serta linkage bentuk kolektif. Semua bentuk tersebut merupakan dinamika perkotaan yang dianggap sebagai generator  kota. Perhatian diberikan pada hubungan antara sebuah kawasan yang satu dengan kawasan yang lain.

Linkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya. 

Teori linkage melibatkan pengorganisasian garis penghubung yang menghubungkan bagian-bagian kota dan disain “spatial datum” dari garis bangunan kepada ruang. Spatial datum dapat berupa Site Line, Arah Pergerakan, Aksis, maupun Tepian Bangunan (Building Edge). Yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem linkage dalam sebuah lingkungan Spasial. Sebuah linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan pendekatan yang berbeda, terdapat 3 Pendekatan Linkage Perkotaan :
  • Linkage yang Visual,
  • Linkage yang Atruktural,
  • Linkage bentuk yang Kolektif.

1. Linkage Visual

Dalam Linkage yang visual dua atau lebih fragmen kota dihubungkan menjadi satu kesatuan yang secara visual, mampu menyatukan daerah kota dalam berbagai skala. Pada dasarnya ada 2 pokok perbedaan antara Linkage Visual, yaitu :
  • Yang menghubungkan 2 (Dua) Daerah secara Netral;
  • Yang menghubungkan 2 (Dua) Daerah, dengan mengutamakan 1 (Satu) Daerah.


Gambar diatas merupakan gambar dari Las Vegas, yang memiliki Linkage penghubung yang bersifat kaitan saja (netral). Hal ini banyak kita jumpai di Kota-kota Italia, Amsterdam (Belanda), Washington (AS), Jaipur (India), Yogyakarta (Indonesia).


Gambar diatas merupakan gambar dari Arc De Triumph – Paris, linkage yang bersifat fokus untuk memusatkan suatu kawasan, serta memiliki fungsi dan arti khusus dalam kota karena bersifat dominan dan menonjol daripada lingkungannya.



Lima (5) Elemen Linkage Visual, merupakan elemen yang memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang mampung menghasilkan hubungan secara visual, terdiri dari :
  1. Garis : Menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan massa (bangunan atau pohon).
  2. Koridor : Dibentuk oleh 2 (Dua) deretan massa (Bangunan atau Pohon) yang membentuk sebuah ruang.
  3. Sisi : Menghubungkan 2 (Dua) Kawasan dengan 1 (Satu) Massa. Mirip dengan elemen garus namun sisi bersifat tidak langsung.
  4. Sumbu : Mirip dengan Elemen Koridor, namun dalam menghubungkan dua daerah lebih mengutamakan salah satu daerah saja.
  5. Irama : Menghubungkan 2 (Dua) Tempat dengan Variasi Massa dan Ruang.

La Rambla – Barcelona, merupakan koridor yang menghubungkan pusat kota dengan laut (patung Columbus). Dibentuk dari deretan bangunan serta deretan pohon sebagai linkage visual kota.


2. Linkage Struktur

Menggabungkan dua atau lebih bentuk struktur kota menjadi satu kesatuan tatanan. Menyatukan kawasan kawasan kota melalui bentuk jaringan struktural yang lebih dikenal dengan sistem Kolase (Collage). Tidak setiap kawasan memiliki arti struktural yang sama dalam kota, sehingga cara menghubungkannya secara Hierarkis juga dapat berbeda.


Gambar diatas merupakan gambar dari kota Manhattan – New York, dimana kita dapat melihat sistem grid yang sangat kuat dalam penataannya. Namun secara struktural kawasan ini kurang jelas sehingga menyebabkan orang merasa tersesat tanpa adanya hierarki yang memberikan stabilitas dengan menghubungkan kawasan satu dengan lainnya.

Fungsi linkage struktural di dalam kota adalah sebagai stabilisator dan koordinator di dalam lingkungannya, karena setiap kolase perlu diberikan stabilitas tertentu serta distabilisasikan lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memprioritaskan sebuah daerah yang menjelaskan lingkungannya dengan suatu struktur, bentuk, wujud, atau fungsi yang memberikan susunan tertentu didalam prioritas penataan kawasan.


Ada 3 (Tiga) Elemen Linkage Struktural yang mencapai hubungan secara Arsitektural, yaitu :
  1. Tambahan : Melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada sebelumnya.
  2. Sambungan : Memperkenalkan pola baru pada lingkungan kawasan.
  3. Tembusan : Terdapat 2 (Dua) atau lebih pola yang sudah ada di sekitarnya dan akan disatukan sebagai pola-pola yang sekaligus menembus didalam suatu kawasan.


Market Street – San Francisco adalah merupakan sebuah jalan yang berfungsi sebagai linkage struktural. Dimana jalan ini mampu sebagai penghubung yang memadukan antara dua tipe grid yang berbeda, mampu sebagai stabilisator atau penyeimbangan untuk membentuk sebuah struktur lingkungan.

3. Linkage sebagai Bentuk Kolektif

Teori Linkage memperhatikan susunan dari hubungan bagian-bagian kota satu dengan lainnya. Dalam teori linkage, sirkulasi merupakan penekanan pada hubungan pergerakan yang merupakan kontribusi yang sangat penting. Linkage memperhatikan dan mempertegaskan hubungan-hubungan dan pergerakan-pergerakan (dinamika) sebuah Tata Ruang Perkotaan (Urban Fabric).


Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana, suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Teori ini terbagi menjadi 3 (Tiga) Tipe Linkage Urban Space yaitu :
  1. Compositional Form : Bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri secara 2 dimensi. Dalam tipe ini hubungan ruang jelas walaupun tidak secara langsung
  2. Mega Form : Susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka berbentuk garis lurus dan hirarkis.
  3. Group Form : Bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada sepanjang ruang terbuka. Kota-kota tua dan bersejarah serta daerah pedesaan menerapkan pola in


Gambar diatas adalah gambar super blok karya Le Corbusier, yang merupakan contoh dari compositional form, dimana bangunan yang ada menciptakan linkage sebuah ruang berdasarkan susunan secara 2 dimensi. Hal ini juga banyak ditemukan pada kota Chandigard – India, yang merupakan kawasan yang dirancang oleh Le Corbusier.


Gambar diatas merupakan gambar kota New – Brasilia, yang merupakan contoh dari mega form. Menghubungkan struktur-struktur seperti bingkai yang linier atau sebagai grid. Adanya penghubung berupa Garis Lengkung (Warna Ungu) yang menghubungkan kota secara makro.


Gambar diatas adalah gambar kawasan Bern – Swiss, yang merupakan contoh dari group form pada sepanjang ruang terbuka berupa garden dan sungai. Bern adalah Ibu Kota dari Swiss ini merupakan Kota Tua dan bersejarah di Swiss. Kota historis Bern adalah sebuah warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai Tahun 1983.



Oops! Place disini bukan berarti Tempat ya! Teori Place berkaitan dengan space terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap budaya dan karakteristik manusia terhadap ruang fisik. Space adalah void yang hidup mempunyai suatu keterkaitan secara fisik. Space ini akan menjadi place apabila diberikan makna kontekstual dari muatan budaya atau potensi muatan lokalnya

Analisis dari Place adalah Pada analisa ini akan dibahas mengenai makna sebuah kawasan sebagai sebuah tempat perkotaan. Analisa Place pada penelitian ini adalah analisa konteks kota dan citra kota yang terdiri dari Path (Jalur), Edge (Tepian), District (Kawasan), Node (Simpul), landmark. (Lynch, 1969).

Teori Place berkaitan dengan space terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap budaya dan karakteristik manusia terhadap ruang fisik. Space adalah void yang hidup mempunyai suatu keterkaitan secara fisik. Space ini akan menjadi place apabila diberikan makna kontekstual dari muatan budaya atau potensi muatan lokalnya

Kota merupakan wadah aktivitas penduduk yang memiliki nilai budaya, sejarah maupun hal-hal lain yang sifatnya kontekstual. Keunikan, ciri khas suatu kota tidak lepas dari perkembangan sejarah, budaya dan nilai social yang ada dalam komunitas kota tersebut. Bentukan / rancangan kota harus dapat merespons dan mewadahi nilai Sosial, Budaya, Persepsi Visual, sehingga kota tidak hanya hadir dan dirasakan sebagai space, namun juga dapat dirasakan keberadaannya sebagai sebuah place. (Finding Lost Space, 1973, Roger Trancik)

‘Place’ merupakan ‘Ruang’ (Space) yang memiliki suatu ciri khas, kekhasan, keunikan tertentu dan memiliki karakter, memiliki ‘arti’ kekuatan, keunggulan terhadap lingkungan alami dan budaya setempat. (Locus Solus dalam Genius Loci, Nobert Schultz, 1980)

Sebuah Place dibentuk sebagai sebuah space jika memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang berarti bagi lingkungannya. Suasana itu tampak dari benda konkret (Bahan, Rupa, Tekstur, Warna) maupun benda yang Abstrak, yaitu asosiasi kultural dan regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya. Sebuah tempat (place) akan terbentuk bila dibatasi dengan sebuah Void, serta memiliki ciri khas tersendiri yang mempengaruhi lingkungan sekitarnya. (Markus Zahnd, 1999)

Salah satu bentuk keberhasilan pembentuk place adalah seperti aturan yang dikemukakan Kevin Lynch untuk desain ruang kota :

1. Legibility (Keterbacaan)

Sebuah kejelasan emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya. Artinya suatu kota atau bagian kota atau kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelas mengenai distriknya, landmark-nya atau jalur jalannya dan bisa langsung dilihat pola keseluruhannya.


2.  Identitas dan Susunan

Identitas artinya image orang akan menuntut suatu pengenalan atas suatu obyek dimana didalamnya harus tersirat perbedaan obyek tersebut dengan obyek yang lainnya, sehingga orang dengan mudah bisa mengenalinya. Susunan artinya adanya kemudahan pemahaman pola suatu blok-blok kota yang menyatu antar bangunan dan ruang terbukanya.


3. Imageability (Kemampuan Gambar)

Artinya kualitas secara fisik suatu obyek yang memberikan peluang yang besar untuk timbulnya image yang kuat yang diterima orang. Image ditekankan pada kualitas fisik suatu kawasan atau lingkungan yang menghubungkan atribut identitas dengan strukturnya.

Kevin Lynch menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 Elemen Pembentuk wajah kota, yaitu :
  • Paths
  • Edges
  • Districts
  • Nodes
  • Landmark

a. Paths

Adalah suatu Garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan mudah. Paths berupa Jalur-jalur, Jalur Pejalan Kaki, Kanal, Rel Kereta Api, dan yang lainnya.



Contoh dari Paths :


b. Edges

Adalah Elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa pathsyang merupakan batas antara 2 Jenis Fase Kegiatan. Edges berupa Dinding, Pantai, Hutan Kota, dan lain-lain.



c. Districts

Districts hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan dari luar apabila memiliki kesan visual. Artinya districts bisa dikenali karena adanya suatu karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah.



d. Nodes

Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk memasuki districtsyang berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi memecah, pathsmenyebar dan tempat mengumpulnya karakter fisik.



e. Landmark

Landmark adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu Gunung, Bukit, dan Fisik Buatan seperti Menara, Gedung, Sculpture (Patung), Kubah, dan lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri didalam suatu kota atau kawasan.



4. Koneksi Visual dan Simbol

a. Visual Connection

Visual Connection adalah hubungan yang terjadi karena adanya kesamaan visual antara satu bangunan dengan bangunan lain dalam suatu kawasan, sehingga menimbulkan image tertentu. Visual Connection ini lebih mencangkup kenonvisual atau ke hal yang lebih bersifat konsepsi dan simbolik, namun dapat memberikan kesan kuat dari kerangka Kawasan.


Dalam pengaturan suatu land use atau tata guna lahan, relasi suatu kawasan memegang peranan penting karena pada dasarnya menyangkut aspek fungsional dan efektivitas. Seperti misalnya pada daerah perkantoran pada umumya dengan perdagangan atau fungsi-fungsi lain yang kiranya memiliki hubungan yang relevan sesuai dengan kebutuhannya.


b. Symbolic Connection

Symbolic Conection dari sudut pandang Komunikasi Simbolik dan Cultural Anthropology meliputi :

    1.) Vitality

Melalui prinsip-prinsip sustainance yang mempengaruhi sistem fisik, safety yang mengontrol perencanaan urban struktur, senseseringkali diartikan sebagai sense of place yang merupakan tingkat dimana orang dapat mengingat tempat yang merupakan tingkat dimana orang dapat mengingat tempat yang memiliki keunikan dan karakteristik suatu kota.

    2.) Fit

Menyangkut pada karakteristik pembangkit sistem fisikal dari struktur kawasan yang berkaitan dengan budaya, norma dan peraturan yang berlaku.

Contoh Kota :



BONUS

Dan inilah Contoh dari Figure Ground, Linkage, dan Place yang telah saya buat dengan menggunakan ArcGIS (Untuk Wilayah Sindangsari, Bogor, Jawa Barat) :

Figure Ground Wilayah Sindangsari, Bogor, Jawa Barat

Linkage Wilayah Sindangsari, Bogor, Jawa Barat

Place Theory Wilayah Sindangsari, Bogor, Jawa Barat


Itulah beberapa Contoh dari Bentuk Kota. Semoga Artikel ini bermanfaat terutama bagi Jurusan Pranologi (PWK) dan mungkin juga untuk Pelajaran Geografi. Dan jika ingin melihat Proyek/Project Kuliah kami mengenai Figure Ground, Linkage, dan Place Wilayah Sindangsari, Bogor, Jawa Barat, silakan lihat di sini (ArcGIS Story Maps).

Terima Kasih 😄😘👌👍 :)

Wassalammu‘alaikum wr. wb.

Ads