Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Matahari Tepat di Atas Ka'bah, yuk kita Cek Ulang Arah Kiblat

Assalammu‘alaikum wr. wb.

Sebelum itu marilah kita berpujI kepada Allah SWT dan menjunjung kepada Nabi besar Muhammad SAW.




Ternyata sekarang dan besok bisa melihat ulang Arah Kiblat, karena Matahari tepat sekali dengan Ka'bah. Yaitu yang tepatnya pada Senin 단 Selasa, 15 & 16 Juli 2019 / 12 & 13 Dzulqa'dah 1440 H. 



Yang dilansir dari Situs : Kompas.com


Untuk kali kedua pada tahun ini, matahari tepat berada di atas Kabah, di Makkah, Arab Saudi. Tepatnya, pada Selasa (16/7/2019M | 13/11/1440H) siang waktu setempat. 


Dengan posisi matahari ini, umat Islam dapat menggunakannya untuk memeriksa ulang ketepatan arah kiblat untuk shalat sehari-hari. Peristiwa ini terkait upaya penentuan arah kiblat dikenal dengan sebutan Istiwa Azam.


Situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, pada 2019 ada dua waktu matahari akan berada tepat di atas Kabah.
Sayangnya, kedua waktu tersebut terjadi saat wilayah Indonesia yang menggunakan satuan Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT) sudah di rembang petang.
Solusinya, BMKG menyebut ada dua waktu lain yang juga bisa dipakai untuk melakukan kalibrasi arah kiblat, menggunakan waktu matahari di atas lokasi yang tepat berada di Posisi Kebalikan (Antipodal) posisi Kabah di Bola Bumi. 

Umat Islam sedang beribadah mengitari Kabah (tengah). Gambar yang diambil pada Tanggal 31 Mei 2019 (26 Ramadhan 1440H) .


Waktu dan Cara Kalibrasi
Arah Kiblat


Sebagaimana penjelasan dari Situs BMKG di atas, ada Dua (2) Waktu Matahari tepat berada di atas Kabah dan ada dua waktu lain matahari berada tepat berada di lokasi kebalikan Kabah di bola Bumi.
Dua (2) Waktu Matahari tepat ada di atas Ka'bah adalah : 
  • 28 Mei 2019 (23 Ramadhan 1440 H) Pukul 12.18 Waktu Setempat (Waktu Makkah) atau Pukul 16.18 WIB. Toleransi untuk melakukan kalibrasi adalah 26 - 30 Mei 2019 (21 - 25 Ramadhan 1440 H).
  • 16 Juli 2019 (13 Dzulqa'dah 1440 H) pukul 12.27 Waktu Setempat (Waktu Makkah) atau Pukul 16.27 WIB. Toleransi untuk melakukan kalibrasi adalah 14 - 18 Juli 2019 (11 - 15 Dzulqa'dah 1440 H).
Adapun Dua (2) Waktu Antipodal Kabah adalah:
  • 14 Januari 2019 (8 Jummadil Awwal 1440 H) Pukul 00.30 Waktu Makkah atau pukul 04.30 WIB. Toleransi untuk melakukan kalibrasi adalah 12 - 16 Januari 2019 (6 - 10 Jummadil Awwal 1440 H).
  • 29 November 2019 (2 Rabbi'ul Akhir 1441 H) Pukul 00.09 Waktu Makkah atau Pukul 04.09 WIB. Toleransi untuk melakukan kalibrasi adalah 27 November 2019 - 1 Desember 2019 (30 Shafar - 4 Rabbi'ul Awwal 1441 H).

Bagaimana cara mengecek ulang Arah Kiblat berdasarkan posisi matahari ini?


CARA KALIBRASI

Ketika matahari tepat berada di atas Kabah, BMKG memberikan cara pengecekan ulang arah kiblat adalah sebagai berikut:
  • Sesuaikan jam yang akan digunakan untuk kalibrasi arah kiblat ini dengan jam atom bmkg. Jam ini dapat diakses melalui alamat http://jam.bmkg.go.id/Jam.BMKG.
  • Gunakan alat yang dapat dijadikan tegak lurus pada tanah yang datar untuk Kalibrasi Arah Kiblat ini. Alat ini bisa berupa bandul yang digantung atau tiang pancang atau dinding bangunan yang benar-benar tegak lurus terhadap tanah yang datar.
  • Lakukan proses kalibrasi sejak 5 menit sebelum waktu yang ditentukan di atas hingga 5 menit sesudahnya.
  • Perhatikan arah bayangan yang terjadi pada alat yang digunakan untuk kalibrasi Arah Kiblat ini.
  • Tarik garis dari ujung bayangan hingga ke posisi alat. Garis yang ditarik itu arah kiblat yang sudah dikalibrasi dengan posisi Matahari saat tepat berada di atas Kabah.

Visualisasinya, dapat dilihat dalam Infografik Berikut ini : 




Bagaimana untuk proses kalibrasi menggunakan Antipodal Ka'bah?

Cara yang dipakai kurang lebih sama, menggunakan alat kalibrasi pada waktu yang ditentukan. Bedanya, Arah Kiblat adalah sesuai Ujung Bayangan, alias berkebalikan dari Ilustrasi di atas. 

Cara Teknis

Semua karena Pergerakan Semu Matahari dari waktu ke waktu. Dalam Setahun, Matahari akan bergerak dari posisi 23,5Âş Lintang Selatan (LS) ke 23,5Âş Lintang Utara (LU) lalu kembali lagi. 

Akibat gerakan itu, akan ada Waktu Matahari pada waktu tertentu berada tepat di atas lokasi tertentu dalam jalur lintasannya.

Salah satu lokasi yang tepat dilintasi Pergerakan Semu Matahari ini adalah Ka'bah. Lokasi Ka'bah adalah 21Âş 25' 21" LU (Lintang Utara) dan 39Âş 49' 34" (BT) Bujur Timur. 

Ka'bah di Masjidil Haram. Gambar yang diambil pada Tanggal 31 Mei 2019 (26 Ramadhan 1440H).


Mengecek dan memastikan Arah Kiblat diperlukan bagi Umat Islam yang dalam pelaksanaan Ibadah shalat, yang dalam Sehari ada Lima (5) Kali Shalat Wajib. 

Sebelum mengarah ke Ka'bah di Makkah, Kiblat Shalat Umat Islam pernah pada suatu masa adalah Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa di Jerusalem, Palestina. Kiblat berubah mengarah ke Kabah terjadi Pada Tahun 624 M seusai Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.

Ketepatan Arah Kiblat dari derajat lintang dan bujurnya memang tak eksplisit disebut di Al - Quran. Perintah yang ada, siapa saja yang Hendak Shalat diminta menghadapkan muka ke arah Ka'bah yang ke arah Masjidil Haram. 

Meski begitu, perkembangan sains pun mendapati, pergeseran setiap satu derajat arah bisa menyimpangkan ujung tujuan hadap sampai lebih dari Seratus Kilometer (> 100 km). 

Bagi yang berminat mempelajari Cara Hitung Jarak dalam Kilometer dari informasi Lintang dan Bujur, bisa antara lain mempelajarinya di video berikut ini : 




Dalam sejarah Islam di Indonesia, salah satu pelaku yang mengoreksi arah kiblat pada era teknologi belum semaju sekarang adalah KH Ahmad Dahlan.
Pendiri organisasi Muhammadiyah ini memelopori upaya mengoreksi arah kiblat Masjid Gedhe Kauman di Yogyakarta pada 1898, dimulai dari langgar keluarganya.
Selain memanfaatkan posisi matahari yang sedang berada tepat di atas Kabah, perhitungan arah kiblat dapat dilakukan menggunakan beberapa cara lain, termasuk memakai rasi bintang dan alat bantu seperti kompas.
Situs Masjid Agung Jami Malang, Jawa Timur, menyajikan rincian detail cara perhitungan arah kiblat ini, baik menurut mahzab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali, maupun perhitungan teknis rinci menggunakan beragam cara dan alat. 


Itulah artikelnya yang bisa saya sampaikan. Jika ingin membaca artikel menarik lainnya, silahkan lihat di sini (dari Tribunnews.com).


Terima Kasih, dan ; 

Wassalammu‘alaikum wr. wb.

Ads