Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Materi Matematika Diskrit : Teori Graf (Graph Theory)

Assalamu‘alaikum Wr. Wb. 

Halo guys! Pada Postingan sebelumnya sudah membahas tentang Logika dan Aljabar Boolean. Sekarang giliran membahas tentang Teori Graf (Graph Theory) untuk Mata Kuliah (Matkul) Matematika Diskrit (Matdis).




Pemakaian teori graf telah banyak dirasakan dalam berbagai ilmu, antara lain : optimisasi jaringan, ekonomi, psikologi, genetika, riset operasi (OR), dan lain-lain. Makalah pertama tentang teori graf ditulis pada tahun 1736 oleh seorang matematikawan Swiss yang bernama  Leonard Euler. Ia menggunakan teori graf untuk menyelesaikan masalah jembatan Königsberg (sekarang, bernama Kaliningrad). Berikut adalah ilustrasi masalah tersebut : 

Masalah Jembatan Königsberg (Rossen, 2003)

Masalah yang dikemukakan Euler : Dapatkah melewati setiap jembatan tepat sekali dan kembali lagi ke tempat semula?  Berikut adalah sketsa yang merepresentasikan ilustrasi Jembatan Königsberg yang pada gambar diatas. Himpunan titik yaitu {A, B, C, D} merepresentasikan sebagai daratan, dan garis yang menghubungkan titik-titik tersebut adalah sebagai jembatan.

Representasi Graf pada masalah Jembatan Königsberg

Jawaban pertanyaan Euler adalah tidak mungkin. Agar bisa melalui setiap jembatan tepat sekali dan kembali lagi ke tempat semula maka jumlah jembatan yang menghubungkan setiap daratan harus genap.

A. Pengertian Teori Graf

Teori Graf merupakan suatu diagram yang memuat informasi tertentu jika diinterpretasikan secara tepat. Dalam kehidupan sehari-hari graf digunakan untuk mengambarkan berbagai macam struktur yang ada. Tujuannya adalah sebagai visualisasi objek-objek agar lebih mudah dimengerti.

Graf merupakan struktur diskrit yang terdiri himpunan sejumlah berhingga obyek yang disebut simpul (vertices, vertex) dan himpunan sisi (edges) yang menghubungkan simpul-simpul terseut. terdiri dari dari Graf digunakan untuk merepresentasikan objekobjek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Notasi sebuah graf adalah G = (V, E), dimana :
  • V merupakan himpunan tak kosong dari simpul-simpul (vertices), misalkan V = { v1 , v2 , ... , vn }
  • E merupakan  himpunan sisi-sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul, misalkan  E = {e1 , e2 , ... , en }

Contoh :

Graf dari masalah jembatan Königsberg dapat disajikan sebagai berikut :


Misalkan graf tersebut adalah G(V, E) dengan :
  • V = {A, B, C, D}
  • E = {(A, C), (A, C), (A, B), (A, B), (B, D), (A, D), (C, D)} = {e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7

Pada graf tersebut sisi  e1 = (A, C) dan sisi e2 = (A, C) dinamakan sisi-ganda (multiple edges atau paralel edges) karena kedua sisi ini menghubungi dua buah simpul yang sama, yaitu simpul A dan simpul C. Begitu pun dengan sisi e3 dan sisi e4.  Sementara itu, pada graf diatas, tidak terdapat gelang (loop), yaitu sisi yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama.

Dari definisi graf, himpunan sisi (E) memungkinkan  berupa himpunan kosong. Jika graf tersebut mempunyai himpunan sisi yang merupakan himpunan kosong maka graf tersebut dinamakan graf kosong  (null graph atau empty graph).

Contoh :

Graf kosong dengan 3 simpul (Graf N3).


Dengan memperhatikan kondisi sisinya, suatu graf dapat dikategorikan sebagai graf tidak berarah dan graf berarah. Graf tidak berarah, seperti telah dijelaskan pada contoh graf untuk Jembatan Königsberg. Sementara itu, graf berarah (directed graph, digraph) merupakan graf yang mempunyai sisi yang berarah, artinya satu buah simpul yang dihubungkan oleh sisi tersebut merupakan simpul awal (initial vertex) dan simpul yang lain dikatakan sebagai simpul akhir (terminal vertex).

Contoh :

Graf berikut merupakan graf berarah.


Terlihat bahwa  e1 = (P, S),  e3 = (R, Q),  dan e5 = (Q, Q)

Simpul P merupkan simpul awal bagi sisi e1 dan  simpul S merupakan simpul akhir bagi sisi e1.

B. Terminologi Graf

Ada beberapa terminologi graf yang perlu diketahui, antara lain : ketetanggaan antara dua simpul, bersisian, derajat suatu simpul, dan lain-lain.  Berikut ini adalah beberapa terminoogi yang penting, yaitu :

1. Bertetangga (Adjacent)

Dua buah simpul dikatakan bertetangga jika kedua simpul tersebut terhubung langsung oleh suatu sisi.

Contoh :

Perhatikan graf berikut ini.


Pada graf diatas menunjukkan bahwa simpul P bertetangga dengan simpul Q dan S, tetapi simpul P tidak bertetangga dengan simpul R.

2. Bersisian (Incidency) 

Suatu sisi e dikatakan bersisian dengan simpul v1 dan simpul v2 jika e menghubungkan   kedua simpul tersebut, dengan kata lain e = (v1, v2).

Contoh :

Perhatikan graf dari masalah jembatan Königsberg berikut ini.


Maka, e1 bersisian dengan simpul A dan simpul C , tetapi sisi tersebut tidak berisian dengan simpul B

3. Simpul Terpencil (Isolated Vertex)

Jika suatu simpul tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya maka simpul tersebut    dinamakan simpul terpencil.

Contoh :

Perhatikan graf berikut ini.


4. Derajat (Degree)

Derajat suatu simpul merupakan  jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut. Misalkan, suatu simpul v mempunyai 3 buah sisi yang bersisian dengannya maka dapat dikatakan simpul tersebut berderajat 3, atau dinotasikan oleh d(v) = 3.

Contoh 1 :

Perhatikan graf berikut ini.


Pada graf diatas  : 
d(P) = d(Q) = d(S) = 5, sedangkan d(R) = 3.   

Derajat sebuah simpul pada suatu graf berarah dijelaskan sebagai berikut :
  • din(v) merupakan  jumlah busur yang masuk ke simpul v
  • dout(v) merupakan jumlah busur yang keluar dari simpul v
Dengan demikian derajat pada simpul tersebut, diperoleh : d(v) = din(v) + dout(v)

Contoh 2 :

Perhatikan graf berarah berikut ini.


Pada graf diatas  :
  • din(P) = 1  dan   dout(P) = 3  maka  d (P) = 4 
  • din(Q) = 4  dan   dout(Q) = 1  maka  d (Q) = 5 
  • din(R) = 1  dan   dout(R) = 1  maka  d (R) = 2 
  • din(S) = 1  dan   dout(S) = 2  maka  d (S) = 3 
Jumlah derajat semua simpul pada suatu graf adalah genap, yaitu dua kali  jumlah sisi pada graf tersebut. Jika G = (V, E) merupakan suatu graf, maka dapat ditulis :  


Contoh 3 :

Perhatikan Graf pada Contoh 1. Jumlah sisi pada graf tersebut adalah 9, sehingga Jumlah derajat pada graf  tersebut adalah :


Perhatikan Graf pada Contoh 2. Jumlah sisi pada graf tersebut adalah 7, sehingga Jumlah derajat pada graf  tersebut adalah : 


Dengan demikian, jika kita ingin menggambar sebuah graf dengan derajat masingmasing simpul diketahui, dan ternyata jumlah derajat seluruh simpul tersebut adalah ganjil maka hal ini tak mungkin terjadi.

6. Lintasan (Path)

Lintasan dari suatu simpul awal v0 ke simpul tujuan vT di dalam suatu graf G merupakan barisan sebuah sisi atau lebih (x0, x1), (x1, x2), (x2, x3), …, (xn-1, xn) pada G, dimana x0 = v0   dan xn = vT.  Lintasan ini dinotasikan oleh : x0, x1, x2, x3, …, xn.

Lintasan ini mempunyai panjang n, karena lintasan ini memuat n buah sisi, yang dilewati dari suatu simpul awal v0 ke simpul tujuan vT di dalam suatu graf G. Suatu lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama dinamakan Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit).

Contoh :

Perhatikan graf berikut ini : 


  • Pada  graf  tersebut  lintasan  P, Q, R  memiliki panjang 2. Sementara itu lintasan P, Q, S, R memiliki panjang 3. 
  • Lintasan P, Q, R, S, P dinamakan siklus atau sirkuit dengan panjang 4.    
  • Antara simpul P dan U maupun T tidak dapat ditemukan lintasan. 

7. Cut-Set

Cut-set dari suatu graf terhubung G adalah himpunan sisi yang jika dibuang dari G menyebabkan G tidak terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah subgraf. Pada graf di bawah, {(1,4), (1,5), (2, 3), (2,4)} adalah cut-set. Terdapat banyak cut-set pada sebuah graf terhubung. Himpunan {(1,5), (4,5)} juga adalah cut-set, {(1,4), (1,5), (1,2)} adalah cut-set, {(5,6)} juga cut-set,  
 
tetapi {(1,4), (1,5), (4,5)} bukan cut-set sebab himpunan bagiannya, {(1,5), (4,5)} adalah cut-set.  


C. Beberapa Jenis Graf

Beberapa jenis graf tak berarah yang perlu diketahui adalah :

1. Graf Sederhana (Simple Graph) 

Graf sederhana merupakan  graf tak berarah yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda.

Contoh :

Graf Sederhana


2. Graf Ganda (Multigraph)

Graf ganda merupakan graf tak berarah  yang tidak mengandung gelang (loop).

Contoh :

Graf Ganda


Dengan demikian, graf sederhana pun merupakan graf ganda (multi graph).

3. Graf Semu (Pseudo-Graph / Pseudograph)

Graf semu merupakan graf yang boleh mengandung gelang (loop).

Contoh :

Graf Semu


Beberapa jenis graf berarah yang perlu diketahui adalah :

1. Graf Berarah (Directed Graph / Digraph)

Graf berarah merupakan graf yang setiap sisinya mempunyai arah dan tidak mempunyai dua sisi yang berlawanan antara dua buah simpul (tak mempunyai sisi ganda). 

Contoh :

Graf Berarah


2. Graf Ganda Berarah (Directed Multigraph)

Graf ganda berarah merupakan graf berarah yang membolehkan adanya sisi ganda pada graf tersebut (boleh mempunyai dua sisi yang berlawanan antara dua buah simpul). 

Contoh :

Graf Ganda Berarah.


Dari jenis-jenis graf yang telah dijelaskan di atas, kita dapat membuat ringkasan (sebagai 
bahan perbandingan), sebagai berikut :

Jenis

Sisi

Sisi ganda dibolehkan?

Gelang (loop) dibolehkan?

Graf sederhana
Graf ganda
Graf semu
Graf berarah
Graf ganda berarah
Tak-berarah
Tak-berarah
Tak-berarah
Bearah

Bearah

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Ya

Jenis-jenis graf [Rosen, 2003]

Berikut ini adalah beberapa jenis dari graf yang perlu kita ketahui :

a. Graf Lengkap (Complete Graph) 

Graf lengkap merupakan graf sederhana yang setiap simpulnya terhubung (oleh satu sisi) ke semua simpul lainnya. Dengan kata lain, setiap simpulnya bertetangga. Graf lengkap dengan n buah simpul dilambangkan dengan Kn. Jumlah sisi pada sebuah graf lengkap yang terdiri dari n buah simpul adalah n∙(n – 1)/2 sisi.  

Contoh :

Graf lengkap Kn, 1 ≤ n ≤ 6 (Rosen, 2003)

b. Graf Lingkaran (Cycle Graph) 

Graf lingkaran merupakan graf sederhana yang setiap simpulnya berderajat dua. Graf lingkaran dengan n simpul dilambangkan dengan Cn.  

Graf Lingkaran Cn, 3 ≤ n ≤ 6 (Rosen, 2003)

c. Graf  Roda (Wheels Graph) 

Graf roda merupakan graf yang diperoleh dengan cara menambahkan satu simpul pada graf lingkaran Cn, dan menghubungkan simpul baru tersebut dengan semua simpul pada graf lingkaran tersebut. 

Grap Roda Wn, 3 ≤ n ≤ 5 (Rosen, 2003)

d. Graf Teratur (Regular Graphs) 

Graf teratur merupakan graf yang setiap simpulnya mempunyai derajat yang sama. Apabila derajat setiap simpul pada grap teratur adalah r, maka graf tersebut  dinamakan graf teratur berderajat r. Jumlah sisi pada graf teratur dengan n simpul 

Graf Reguler dengan Empat Simpul Berderajat 2 (Munir, 2003)

e. Graf Planar (Planar Graph) dan Graf Bidang (Plane Graph) 

Graf yang dapat digambarkan pada bidang datar dengan sisi-sisi yang tidak saling berpotongan dinamakan graf planar. Jika tidak, maka graf tersebut dinamakan graf tak-planar

Contoh 1 :

  • Semua graf lingkaran merupakan graf planar  
  • Graf lengkap K1, K2, K3, K4 merupakan graf planar  
Tetapi graf lengkap Kn untuk n ≥ 5 merupakan graf tak-planar. Ilustrasi untuk graf planar K4.

K4 adalah graf planar (Munir, 2003)

Graf planar yang digambarkan dengan sisi-sisi yang tidak saling berpotongan dinamakan graf bidang (plane graph).

Contoh 2 :

Tiga buah graf planar. Graf (b) dan (c) adalah graf bidang (Munir, 2003)


Contoh 3 :

Perhatikan ilustrasi graf planar berikut ini : 


Maka graf planar diatas dikatakan terdiri dari 4 buah daerah.

Beberapa hal tentang graf planar G(V, E), antara lain :
  • (Formula Euler) Misalkan G merupakan graf  planar  terhubung dengan e buah sisi dan v buah  simpul,  dan  merupakan  jumlah  daerah  pada  graf  planar   tersebut    maka   r = e – v + 2.
  • Jika G merupakan  graf   planar   terhubung  dengan  e buah sisi dan v buah  simpul (v ≥ 3) maka  e 3v – 6 (ketaksamaan Euler).
  • Jika G merupakan  graf   planar   terhubung dengan  buah sisi dan v buah  simpul (v ≥ 3) dan tidak memuat sirkuit dengan panjang 3 maka e 2v – 4. 

f. Graf Bipartit (Bipartite Graph) 

Sebuah graf sederhana G dikatakan graf bipartit jika himpunan simpul pada graf tersebut dapat dipisah menjadi dua himpunan tak kosong yang disjoint, misalkan V1 dan V2, sedemikian sehingga setiap sisi pada G menghubungkan sebuah simpul pada V1 dan sebuah simpul pada V2. Dengan demikian, pada grap bipartit tidak ada sisi yang menghubungkan dua simpul pada V1 atau V2. Graf bipartit tersebut dinotasikan oleh G(V1, V2).

Contoh :

Graf G berikut merupakan graf bipartit : 


Graf diatas dapat direpresentasikan menjadi  graf  bipartite G(V1, V2), dimana V1,= {a, b} dan  V2 = {c, d, e}.

Graf Bipartit

g. Graf Berbobot (Weighted Graph) 

Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga (bobot).  


D. Keterhubungan dan Sub Graf

Dua buah simpul v1 dan simpul v2 pada suatu graf dikatakan terhubung jika terdapat lintasan dari v1 ke v2.  Jika setiap pasang simpul vi dan vj dalam himpunan V  pada suatu graf G terdapat lintasan dari vi ke vj maka graf tersebut dinamakan  graf terhubung (connected graph).  Jika tidak, maka G dinamakan graf tak-terhubung (disconnected graph).

Contoh 1 :

Graf roda merupakan salah satu contoh graf terhubung : 


Contoh 2 :

Perhatikan graf lingkaran berikut ini :


Jelas bahwa (i) C3 dan (ii) C4 merupakan graf terhubung. Sementara itu, graf (iii) merupakan graf tak-terhubung, karena tak ada lintasan yang menghubungkan simpul salah satu simpul pada {p, q, r} dengan salah satu simpul pada {a, b, c, d}.  

Selanjutnya, kita akan meninjau tentang keterhubungan pada suatu graf berarah. Suatu graf berarah G dikatakan terhubung jika kita menghilangkan arah pada  graf tersebut (graf tak berarah) maka graf tersebut merupakan graf terhubung. Dua simpul, u dan v, pada graf berarah G disebut Terhubung Kuat (Strongly Connected) jika terdapat lintasan berarah dari u ke v dan juga lintasan berarah dari v ke u. Jika u dan v tidak terhubung kuat, dengan kata lain graf tersebut hanya terhubung pada graf tidak berarahnya, maka u dan v dikatakan Terhubung Lemah (Weakly Conected).  Jika setiap pasangan simpul pada suatu graf berarah graf berarah G terhubung kuat maka graf G tersebut dinamakan Graf Terhubung Kuat (Strongly Connected). Jika tidak, graf tersebut dinamakan Graf Terhubung Lemah (Weakly Conected).


Misalkan G = (V, E) merupakan suatu graf, maka G1 = (V1, E1) dinamakan sub graf (subgraph) dari G jika V1  V dan E1 EKomplemen dari sub graf G1 terhadap graf G adalah graf G2 = (V2, E2) sedemikian sehingga E2 = EE1 dan V2 adalah himpunan simpul yang anggota-anggota E2 bersisian dengannya. 

Contoh :

Sebuah subgraf dari suatu graf dan komplemennya (Munir, 2003)

Misalkan, G1 = (V1, E1) merupakan sub graf dari graf G = (V, E). Jika V1 =V (yaitu G1 memuat semua simpul dari G) maka G1 dinamakan Spanning Subgraph (subraf merentang).   

Contoh :

Sketsa (b) merupakan Spanning Subgraph dari G, sedangkan (c) bukan Spanning Subgraph dari G (hanya komplemen dari subgraf (b)) (Munir, 2003)

E. Matriks Ketetanggaan (Adjacency Matrix) dan Matriks Bersisian (Incidency Matrix) dari Suatu Graf

Pada pembahasan sebelumnya, kita telah memperkenalkan bahwa dua buah simpul dikatakan bertetangga jika kedua simpul tersebut terhubung langsung oleh suatu sisi. Matriks ketetanggaan untuk graf sederhana merupakan matriks bukur sangkar yang unsurunsurnya hanya terdiri dari dua bilangan yaitu 0 (nol) dan 1 (satu). Baris dan kolom pada matriks ini, masing-masing merupakan representasi dari setiap simpul pada graf tersebut. Misalkan aij merupakan unsur pada matriks tersebut, maka : 
  • Jika aij = 1 maka hal ini berarti simpul i dan simpul j bertetangga.
  • Jika aij = 0 maka hal ini berarti simpul i dan simpul j tidak bertetangga. 

Contoh :

Perhatikan graf sederhana berikut ini : 


Matriks ketetanggaan dari graf tersebut adalah sebagai berikut : 


Terlihat bahwa matriks tersebut simetris dan setiap unsur diagonalnya adalah nol (0). 

Matriks ketetanggaan untuk graf tak sederhana merupakan matriks bukur sangkar yang unsur-unsurnya hanya terdiri dari bilangan 0 (nol), 1 (satu) dan 2 (dua). Baris dan kolom pada matriks ini, masing-masing merupakan representasi dari setiap simpul pada graf tersebut. Misalkan aij  merupakan unsur pada matriks tersebut, maka  : 
  • Jika aij = n maka hal ini berarti simpul i dan simpul j bertetangga oleh n buah sisi.
  • Jika aij = 0 maka hal ini berarti simpul i dan simpul j tidak bertetangga.

Contoh :

Perhatikan graf dari masalah Jembatan Königsberg : 


Matriks ketetanggaan dari graf tersebut adalah sebagai berikut :


Sementara itu, suatu sisi e dikatakan bersisian dengan simpul v1 dan simpul v2 jika e menghubungkan kedua simpul tersebut, dengan kata lain e = (v1, v2). Seperti halnya matriks ketetanggaan, unsur-unsur matriks bersisian pun hanya terdiri dari dua bilangan yaitu 0 (nol) dan 1 (satu), tapi tidak harus bujur sangkar. Hal ini disebabkan, baris dan kolom pada matriks bersisian, masing-masing merepresentasikan simpul dan sisi pada graf yang dimaksud. Misalkan aij  merupakan unsur pada matriks tersebut, maka  :
  • Jika aij = 1 maka hal ini berarti simpul ke-i dan sisi ke-j adalah bersisian.
  • Jika aij = 0 maka hal ini berarti simpul ke-i dan sisi ke-j tidak bersisian. 

Contoh :

Perhatikan graf berikut ini :


Bentuk matriks bersisian dari graf tersebut adalah :


F. Lintasan dan Sirkuit Euler

Lintasan Euler dalam suatu graf merupakan lintasan yang melalui masing-masing sisi didalam graf tersebut tepat satu kali. Jika lintasan tersebut kembali ke simpul awal, sehingga membentuk lintasan tertutup (sirkuit) maka lintasan ini dinamakan sirkuit Euler. Dengan demikian, sirkuit Euler merupakan sirkuit yang melewati masing-masing sisi tepat satu kali. Graf yang memuat sirkuit Euler dinamakan graf Euler (Eulerian graph), sedangkan graf yang memuat lintasan Euler dinamakan graf Semi-Euler (Semi-Eulerian graph).

Contoh :

Perhatikan graf berikut ini :


Graf G1 merupakan graf  Euler. karena memiliki lintasan yang membentuk lintasan tertutup (sirkuit), yaitu : pr – rt – ts – sq – qt – tp 


Sementara itu, 
Terlihat bahwa graf G2 merupakan graf semi Euler karena graf tersebut memiliki lintasan yang melalui masing-masing sisi didalam graf tersebut tepat satu kali.  
Lintasan tersebut adalah :  pq – qs – st – tp – pr – rt – tq. 

Beberapa sifat tentang lintasan dan Sirkuit Euler : 
  • Suatu graf G merupakan graf Euler (memiliki sirkuit Euler) jika dan hanya jika setiap simpul pada graf tersebut berderajat genap. 
  • Graf terhubung G merupakan graf semi Euler (memiliki lintasan Euler) jika dan hanya jika di dalam graf tersebut terdapat dua simpul berderajat ganjil. 
  • Suatu graf terhubung berarah G merupakan graf Euler (memiliki sirkuit Euler) jika dan hanya jika setiap simpul pada graf tersebut memiliki derajat masuk dan derajat keluar yang sama. 
  • Suatu graf terhubung berarah G merupakan graf semi Euler (memiliki lintasan Euler) jika dan hanya jika G terhubung setiap simpul pada graf tersebut memiliki derajat masuk dan derajat keluar yang sama, kecuali dua simpul yaitu simpul petama (simpul awal lintasan) memiliki derajat keluar satu lebih besar dari pada derajat masuk dan simpul yang kedua (simpul akhir lintasan) memiliki derajat masuk satu lebih besar dari pada derajat keluar. 

G. Penerapan dari Teori Graf

Berikut inilah Penerapan dari Teori Graf yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

1. Jarak dalam Peta/Map (Geografi)


2. Rangkaian Listrik (Fisika)


3. Isomer Senyawa (Kimia)


4. Rantai Makanan (Biologi)


5. Pengujian Algoritma Program


6. Pemodelan Mesin Jaja (Vending Machine Modeling)


7. Lintasan Terpendek (Shortest Path)

Misalkan G merupakan graf berbobot (weighted graph), yaitu setiap sisi dari graf G memiliki bobot tertentu, seperti pada ilustrasi dibawah ini : 


Hal yang biasanya dilakukan adalah menentukan lintasan terpendekpada graf tersebut. Dengan kata lain, menentukan lintasan yang memiliki total bobot minimum.

Contohnya adalah :
  • Menentukan jarak terpendek/waktu tempuh tersingkat/ongkos termurah antara dua buah kota 
  • Menentukan waktu tersingkat pengiriman pesan (message) antara dua buah terminal pada jaringan komputer. 
Beberapa jenis persoalan lintasan terpendek, antara lain :
  • Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu. 
  • Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul. 
  • Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain. 
  • Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu.

8. Algoritma Lintasan Terpendek Dijkstra

Algoritma Dijkstra merupakan suatu algoritma yang digunakan untuk menentukan  lintasan terpendek dari suatu simpul ke semua simpul lain. Untuk mempermudah dalam pemahaman Algoritma Dijkstra, berikut ini adalah graf dimana simpul-simpulnya merepresentasikan Kota-kota di Amerika Serikat dan sisi dari graf tersebut merepresentasikan jarak antar dua kota (dalam kilometer). 

Contoh :


Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra akan ditentukan jarak terpendek dari Kota Boston ke Kota-kota yang lainnya.


Jadi, Lintasan terpendek dari : 
  • 5 ke 6 adalah 5, 6 dengan jarak = 250 km
  • 5 ke 7 adalah 5, 6, 7 dengan jarak = 1150 km 
  • 5 ke 4 adalah 5, 6, 4 dengan jarak = 1250 km 
  • 5 ke 8 adalah 5, 6, 8 dengan jarak = 1650 km 
  • 5 ke 3 adalah 5, 6, 4, 3 dengan jarak = 2450 km 
  • 5 ke 2 adalah 5, 6, 4, 3, 2 dengan jarak = 3250 km 
  • 5 ke 1 adalah 5, 6, 8, 1 dengan jarak = 3350 km

Dan masih banyak lagi Aplikasi/Penerapan dari Teori Graf yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

VIDEO MATERI

Untuk memahami lebih lanjut terkait dengan Teori Graf, lihatlah Video-video YouTube di bawah ini.







Nantikan juga Artikel/Materi Matematika Diskrit selanjutnya tentang Teori Tree. Dan mohon maaf apabila ada kesalahan sedikitpun.

Terima Kasih 😀😊😘👌👍 :)

Wassalamu‘alaikum Wr. Wb. 

Ads