Inilah Jenis - Jenis Aksara / Sistem Tulisan (Memperingati sebagai Hari Aksara Internasional)
Assalamualaikum Wr. Wb.
Halo guys ! Hari ini (Hari Sabtu) tepatnya pada Tanggal 8 September 2018 / 27 Dzulhijjah 1439 H, merupakan Hari Aksara Internasional.
8 September dinyatakan hari keaksaraan internasional oleh UNESCO pada Rabu, 26 Oktober 1966 (12 Rajab 1386 H) pada sesi ke-14 konferensi Umum UNESCO. Ini dirayakan untuk pertama kalinya pada tahun 1967. Tujuannya adalah untuk menyoroti pentingnya melek huruf bagi individu, komunitas dan masyarakat. Perayaan berlangsung di beberapa negara. (Dari Wikipedia Lalu diterjemahkan melalui Google Translate).
Berikut, dibawah ini merupakan Pemaparannya.
1. Alphabet
Alfabet adalah sebuah sistem tulisan yang berdasarkan lambang fonem vokal dan konsonan. Kata alfabet diambil dari bahasa Yunani, dari dua huruf pertama tulisan mereka yaitu alfa dan beta. Alfabet berbeda dengan abjad, yang biasanya tidak memiliki lambang vokal, dan berbeda dengan abugida dan aksara silabis, yang setiap hurufnya melambangkan fonem namun dalam bentuk suku kata.
Suatu fonem yang tidak dikandung dalam suatu alfabet dapat ditulis dengan Dwihuruf atau tanda diakritik (akut, aksen, tilda, dsb), yang lazim terjadi dalam alfabet Latin. Contohnya dwihuruf /ng/ untuk fonem [ŋ] (konsonan sengau langit-langit belakang) dalam bahasa Indonesia; huruf N dengan tanda tilda (Ñ) untuk fonem [ɲ] (konsonan sengau langit-langit) dalam bahasa Spanyol. (Wikipedia)
Hampir semua suara dalam bahasa dapat diwakili oleh alfabet konsonan dan vokal yang sesuai.
(Baca Juga : Asal Usul Huruf Cyrillic)
Jenis, jenisnya diantaranya : Latin, Cyrillic / Sililik, Yunani, Armenia, Georgia, Hangeul (Bhs. Korea), dan lain - lain.
2. Abjad
Huruf konsonan juga dikenal sebagai Abjad, dan semuanya merupakan keturunan dari skrip Proto-Sinaitic. Dalam abjad konsonantal "murni", vokal tidak ditulis. Namun, hampir huruf konsonan menggunakan konvensi tertentu.
Abjad adalah sistem penulisan yang menuliskan semua fonem, kecuali vokal. Hampir semua tulisan-tulisan Semitik tergolong abjad, misalkan abjad Fenisia, abjad Arab, abjad Ibrani, dan abjad Suryani. Bangsa Yunani yang mengadopsi abjad Fenisia menambahkan beberapa lambang vokal ke dalam sistem tulisan mereka yang baru agar tidak terjadi ambiguitas. Sistem tulisan itu disebut alfabet dan menurunkan alfabet Latin, Sirilik, dsb.
Dalam penggunaan bahasa Indonesia, namun, istilah abjad juga bisa merujuk kepada huruf Alfabet. Masing-masing huruf menggambarkan satu bunyi atau lebih, contoh huruf e dapat menggambarkan bunyi e dalam kata bebek, e dalam kata senang atau e dalam kata tega. Urutan abjad merupakan rangkaian huruf dari A hingga Z, terdiri dari 26 huruf. (Wikipedia)
Jenis, jenisnya diantaranya : Arab, Ibrani, Sriyak, Aramaik, dan lain - lain.
3. Abugida
Abugida (Ge'ez አቡጊዳ ’äbugida), atau disebut juga alfasilabis, adalah aksara segmental yang didasarkan pada konsonan dengan notasi vokal yang diwajibkan tetapi bersifat sekunder. Hal ini berbeda dengan alfabet yang vokalnya memiliki status sama dengan konsonan serta abjad yang penandaan vokalnya tidak ada atau manasuka (opsional). Keluarga aksara Brahmi yang banyak digunakan di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk dalam jenis Aksara Abugida.
Istilah abugida diusulkan oleh Peter T. Daniels (1990) dan merupakan nama Ethiopia untuk aksara Ge'ez. Sedangkan istilah alfasilabis (bahasa Inggris: alphasyllabary) diusulkan oleh William Bright (1997). Istilah lain yang juga pernah diusulkan adalah neosilabis (Février 1959), pseudoalfabet (Householder 1959), semisilabis (Diringer 1968; istilah yang juga memiliki makna lain), serta alfabet silabis (Coulmas 1996; yang juga merupakan sinonim dari aksara silabis). (Wikipedia)
Jenis, jenisnya diantaranya : Huruf - huruf di India dan di Sekitarnya (Devanagari, Bengali, Gujarati, Odia, Tamil, Telugu, dll), Disekitarnya (Thai, Khmer, Burma, Lao, dll), Aksara Kawi (Jawa, Sunda, Batak, Lontara / Bugis, Bali, Renjang, Baybalin (di Filipina)), dan lain - lain.
4. Silabis
Aksara silabis (bahasa Inggris: syllabary; dari bahasa Latin: syllaba, artinya "suku kata") atau aksara suku kata adalah suatu sistem tulisan yang setiap hurufnya melambangkan suatu suku kata, yang merangkai kata-kata. Umumnya suatu huruf dalam aksara silabis melambangkan suatu bunyi konsonan yang diikuti oleh suatu bunyi vokal.
Bahasa yang menggunakan aksara silabis meliputi bahasa Yunani Mikene (Linear B), bahasa penduduk asli Amerika (Cherokee dan Cree), Vai dari Afrika, Bahasa Kreol Ndyuka (aksara Afaka), dan bahasa Yi di China.
Bahasa Jepang memakai dua aksara silabis secara bersama-sama yang disebut kana, bernama hiragana dan katakana. Karena Bahasa Jepang memakai suku kata KV (konsonan + vokall), maka aksara silabis tersebut cocok untuk menulis bahasa tersebut. (Wikipedia)
Jenis, jenisnya diantaranya : Kana (Hiragana, Katakana, dan Manyōgana) (Bhs. Jepang), Cherokee, Nüshu, Yi (Modern), dan lain - lain.
5. Semisilabis
Aksara semisilabis adalah sistem penulisan yang berperan sebagian sebagai alfabet dan sebagai suku kata. Istilah tradisional telah dikenal luas sebagai Abugida.
Sistem penulisan secara luas diklasifikasikan menjadi 3 Kategori: Logogram, di mana masing-masing mewakili tanda morfem seperti dalam Tulisan Cina, Semisilabis, di mana tanda masing-masing mewakili suku kata seperti dalam suku Kata Jepang dan Alphabetis, di mana setiap simbol mewakili Fonem. Pada gilirannya, Abjad dapat diklasifikasikan menurut bagaimana menunjukkan vokal: alfabet lengkap, menunjukkan vokal serta konsonan seperti dalam alfabet Yunani, Abugida, menunjukkan vokal dan konsonan seperti Devanagari dan abjad jika tidak menunjukkan vokal seperti dalam Tulisan Arab. Dalam kasus apapun, 3 Kategori Utama (Logogram, Semisilabis dan Abjad) dapat ditemukan dalam proporsi yang berbeda dalam sistem penulisan, yang sering sulit untuk mengklasifikasikan sistem tertentu dalam satu kategori. Kadang-kadang istilah ini digunakan untuk menggambarkan sistem penulisan naskah campuran yang tidak cocok dengan salah satu dari tiga kategori utama. (Wikipedia)
Jenis, jenisnya diantaranya : Bopomofo (Zhuyin Fuhao) (Bhs. Tionghoa Mandarin), Iberian, dan lain lain. Baca Juga : ASLwrite.
6. Semanto - Phonetik (Logogram / Aksara Morfemis, Piktogram, dan Ideologram)
Aksara Morfemis adalah aksara yang menggunakan satu Grafem–yang disebut Logogram atau Logograf–untuk mewakili satu kata atau morfem, misalnya sebagian besar aksara Tionghoa dan aksara Kanji Jepang. Beberapa aksara tertua di dunia dapat dikelompokkan ke dalam jenis aksara ini, misalnya aksara yang digunakan oleh kebudayaan di Timur Dekat, Asia Timur, dan Amerika Tengah. Kontras dari aksara morfemis adalah aksara fonemis dengan fonogramnya yang mewakili fonem atau kombinasi fonem, seperti pada alfabet, abudiga, dan abjad. Meskipun secara populer Logogram sering dianggap serupa dengan Ideogram dan Piktogram, ada sedikit perbedaan antara ketiga Istilah ini: Logogram mewakili satu kata atau Morfem, Ideogram mewakili satu ide atau konsep, sedangkan Piktogram adalah Ideogram yang memiliki kemiripan dengan objek fisik yang diwakilinya.
Jenis, jenisnya diantaranya : Han (Bhs : Tionghoa, Jepang, Korea, dan Vietnam), Hieroglif Mesir, dan lain - lain.
Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat di Situs : Omniglot, Ancient Scripts, dan Wikipedia.
Oh ia, kita harus melestarikan aksara kita di Indonesia yang dicinta ini.
Sekian informasinya semoga bermanfat,
Terima Kasih, dan ;
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Halo guys ! Hari ini (Hari Sabtu) tepatnya pada Tanggal 8 September 2018 / 27 Dzulhijjah 1439 H, merupakan Hari Aksara Internasional.
8 September dinyatakan hari keaksaraan internasional oleh UNESCO pada Rabu, 26 Oktober 1966 (12 Rajab 1386 H) pada sesi ke-14 konferensi Umum UNESCO. Ini dirayakan untuk pertama kalinya pada tahun 1967. Tujuannya adalah untuk menyoroti pentingnya melek huruf bagi individu, komunitas dan masyarakat. Perayaan berlangsung di beberapa negara. (Dari Wikipedia Lalu diterjemahkan melalui Google Translate).
Berikut, dibawah ini merupakan Pemaparannya.
1. Alphabet
Alfabet adalah sebuah sistem tulisan yang berdasarkan lambang fonem vokal dan konsonan. Kata alfabet diambil dari bahasa Yunani, dari dua huruf pertama tulisan mereka yaitu alfa dan beta. Alfabet berbeda dengan abjad, yang biasanya tidak memiliki lambang vokal, dan berbeda dengan abugida dan aksara silabis, yang setiap hurufnya melambangkan fonem namun dalam bentuk suku kata.
Suatu fonem yang tidak dikandung dalam suatu alfabet dapat ditulis dengan Dwihuruf atau tanda diakritik (akut, aksen, tilda, dsb), yang lazim terjadi dalam alfabet Latin. Contohnya dwihuruf /ng/ untuk fonem [ŋ] (konsonan sengau langit-langit belakang) dalam bahasa Indonesia; huruf N dengan tanda tilda (Ñ) untuk fonem [ɲ] (konsonan sengau langit-langit) dalam bahasa Spanyol. (Wikipedia)
Hampir semua suara dalam bahasa dapat diwakili oleh alfabet konsonan dan vokal yang sesuai.
(Baca Juga : Asal Usul Huruf Cyrillic)
Jenis, jenisnya diantaranya : Latin, Cyrillic / Sililik, Yunani, Armenia, Georgia, Hangeul (Bhs. Korea), dan lain - lain.
2. Abjad
Huruf konsonan juga dikenal sebagai Abjad, dan semuanya merupakan keturunan dari skrip Proto-Sinaitic. Dalam abjad konsonantal "murni", vokal tidak ditulis. Namun, hampir huruf konsonan menggunakan konvensi tertentu.
Abjad adalah sistem penulisan yang menuliskan semua fonem, kecuali vokal. Hampir semua tulisan-tulisan Semitik tergolong abjad, misalkan abjad Fenisia, abjad Arab, abjad Ibrani, dan abjad Suryani. Bangsa Yunani yang mengadopsi abjad Fenisia menambahkan beberapa lambang vokal ke dalam sistem tulisan mereka yang baru agar tidak terjadi ambiguitas. Sistem tulisan itu disebut alfabet dan menurunkan alfabet Latin, Sirilik, dsb.
Dalam penggunaan bahasa Indonesia, namun, istilah abjad juga bisa merujuk kepada huruf Alfabet. Masing-masing huruf menggambarkan satu bunyi atau lebih, contoh huruf e dapat menggambarkan bunyi e dalam kata bebek, e dalam kata senang atau e dalam kata tega. Urutan abjad merupakan rangkaian huruf dari A hingga Z, terdiri dari 26 huruf. (Wikipedia)
Jenis, jenisnya diantaranya : Arab, Ibrani, Sriyak, Aramaik, dan lain - lain.
3. Abugida
Abugida (Ge'ez አቡጊዳ ’äbugida), atau disebut juga alfasilabis, adalah aksara segmental yang didasarkan pada konsonan dengan notasi vokal yang diwajibkan tetapi bersifat sekunder. Hal ini berbeda dengan alfabet yang vokalnya memiliki status sama dengan konsonan serta abjad yang penandaan vokalnya tidak ada atau manasuka (opsional). Keluarga aksara Brahmi yang banyak digunakan di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk dalam jenis Aksara Abugida.
Istilah abugida diusulkan oleh Peter T. Daniels (1990) dan merupakan nama Ethiopia untuk aksara Ge'ez. Sedangkan istilah alfasilabis (bahasa Inggris: alphasyllabary) diusulkan oleh William Bright (1997). Istilah lain yang juga pernah diusulkan adalah neosilabis (Février 1959), pseudoalfabet (Householder 1959), semisilabis (Diringer 1968; istilah yang juga memiliki makna lain), serta alfabet silabis (Coulmas 1996; yang juga merupakan sinonim dari aksara silabis). (Wikipedia)
Jenis, jenisnya diantaranya : Huruf - huruf di India dan di Sekitarnya (Devanagari, Bengali, Gujarati, Odia, Tamil, Telugu, dll), Disekitarnya (Thai, Khmer, Burma, Lao, dll), Aksara Kawi (Jawa, Sunda, Batak, Lontara / Bugis, Bali, Renjang, Baybalin (di Filipina)), dan lain - lain.
4. Silabis
Aksara silabis (bahasa Inggris: syllabary; dari bahasa Latin: syllaba, artinya "suku kata") atau aksara suku kata adalah suatu sistem tulisan yang setiap hurufnya melambangkan suatu suku kata, yang merangkai kata-kata. Umumnya suatu huruf dalam aksara silabis melambangkan suatu bunyi konsonan yang diikuti oleh suatu bunyi vokal.
Bahasa yang menggunakan aksara silabis meliputi bahasa Yunani Mikene (Linear B), bahasa penduduk asli Amerika (Cherokee dan Cree), Vai dari Afrika, Bahasa Kreol Ndyuka (aksara Afaka), dan bahasa Yi di China.
Bahasa Jepang memakai dua aksara silabis secara bersama-sama yang disebut kana, bernama hiragana dan katakana. Karena Bahasa Jepang memakai suku kata KV (konsonan + vokall), maka aksara silabis tersebut cocok untuk menulis bahasa tersebut. (Wikipedia)
Jenis, jenisnya diantaranya : Kana (Hiragana, Katakana, dan Manyōgana) (Bhs. Jepang), Cherokee, Nüshu, Yi (Modern), dan lain - lain.
5. Semisilabis
Aksara semisilabis adalah sistem penulisan yang berperan sebagian sebagai alfabet dan sebagai suku kata. Istilah tradisional telah dikenal luas sebagai Abugida.
Sistem penulisan secara luas diklasifikasikan menjadi 3 Kategori: Logogram, di mana masing-masing mewakili tanda morfem seperti dalam Tulisan Cina, Semisilabis, di mana tanda masing-masing mewakili suku kata seperti dalam suku Kata Jepang dan Alphabetis, di mana setiap simbol mewakili Fonem. Pada gilirannya, Abjad dapat diklasifikasikan menurut bagaimana menunjukkan vokal: alfabet lengkap, menunjukkan vokal serta konsonan seperti dalam alfabet Yunani, Abugida, menunjukkan vokal dan konsonan seperti Devanagari dan abjad jika tidak menunjukkan vokal seperti dalam Tulisan Arab. Dalam kasus apapun, 3 Kategori Utama (Logogram, Semisilabis dan Abjad) dapat ditemukan dalam proporsi yang berbeda dalam sistem penulisan, yang sering sulit untuk mengklasifikasikan sistem tertentu dalam satu kategori. Kadang-kadang istilah ini digunakan untuk menggambarkan sistem penulisan naskah campuran yang tidak cocok dengan salah satu dari tiga kategori utama. (Wikipedia)
Jenis, jenisnya diantaranya : Bopomofo (Zhuyin Fuhao) (Bhs. Tionghoa Mandarin), Iberian, dan lain lain. Baca Juga : ASLwrite.
6. Semanto - Phonetik (Logogram / Aksara Morfemis, Piktogram, dan Ideologram)
Jenis, jenisnya diantaranya : Han (Bhs : Tionghoa, Jepang, Korea, dan Vietnam), Hieroglif Mesir, dan lain - lain.
Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat di Situs : Omniglot, Ancient Scripts, dan Wikipedia.
Oh ia, kita harus melestarikan aksara kita di Indonesia yang dicinta ini.
Sekian informasinya semoga bermanfat,
Terima Kasih, dan ;
Wassalamualaikum Wr. Wb.