Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa Game PUBG Diharamkan oleh MUI ?

Assalammualaikum wr. wb.

Halo semuanya ! Kita balik lagi ke situs blog saya. Kali ini saya akan menjelaskan tentang Larangan main PUBG oleh MUI.






PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG) adalah sebuah permainan dengan Genre Battle Royale, yang para pemainnya bisa bermain dengan 100 orang sekaligus secara daring. Di dalam permainan ini pemain bisa bermain solo, tim 2 orang, dan tim 4 orang, serta bisa mengundang teman untuk bergabung ke dalam permainan sebagai tim.

Game ini diliris pada Tanggal 20 Desember 2017 (1 Rabbiul Akhir 1439 H). Dan kalau tak salah aplikasi pengembangnya adalah Tencent.

(Lihat di Wikipedia)


Sekarang ini banyak sekali yang suka main game ini, mulai dari Anak - anak, Remaja, dan bahkan Orang Dewasa pun yang suka main game ini. Bahkan bisa dikatakan sebagai game pesaingnya Free Fire (FF).


Dikutip dari Artikel : Detik.com (Dan juga artikel menarik lainnya di Situs Mojok.co)

Oh ia, sekarang juga lagi viral beritanya tenntang Fatwa Haram game PUBG. Mungkin karena adanya berita tentang Terorisme di Australia yang pernah menembak korban di dalam Masjid di Australia beberapa hari yang lalu. Wacana video game sebagai pemicu kekerasan telah menjadi bagian dari debat sosial masyarakat dunia sejak lama. Hilary Clinton di tahun 2005, saat masih menjadi senator, pernah menyatakan bahwa "bermain video game kekerasan untuk remaja sama seperti merokok tembakau untuk kanker paru-paru".

Senin (25/3/2019 | 18/7/1440), pemerintahan Selandia Baru mengumumkan pembentukan Royal Commission untuk menyelidiki penyebab serangan teroris di Christchurch pada 15 Maret lalu. Upaya ini untuk mencari tahu semua kejadian yang pada akhirnya mengarah ke serangan teror yang menewaskan lebih dari 40 orang itu.

Pembentukan komisi khusus ini bisa dibaca sebagai usaha mencari tahu jawaban akan sebuah aksi teror secara profesional dan komprehensif. Sehingga, pada akhirnya nanti, tidak terjadi kesalahan pembacaan akan sebuah peristiwa yang berujung peristiwa yang sama kembali terulang. Satu solusi besar untuk sebuah masalah.

Ketika pemerintahan sebuah negara di mana teror terjadi sedang bekerja menyusun “sebab-akibat”, di Indonesia, kita bikin dulu kesimpulan, lalu analisis belakangan.

Adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang punya gawe, begitu bersemangat, ingin mengharamkan sebuah game bernama PUBG (Player Unknown’s Battle Ground). Apa lacur? Aksi teror pembantaian 50 jemaah salat Jumat di Selandia Baru disebut terinspirasi dari game tersebut. Yang paling sering disebut adalah karena pelaku teror di Christchurch menggunakan sebuah senapan serbu yang populer digunakan oleh players di PUBG.

MUI sedang mengkaji PUBG haram dalam waktu dekat. Game online ini dianggap bisa memengaruhi manusia, para pemainnya, umat muslimin, untuk melakukan kekerasan atau hal-hal mudarat.

Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat, Amirsyah Tambunan menuturkan pihaknya sedang meminta masukan dari banyak pihak, termasuk Kemenkominfo. Sebab, lanjut dia, kajian perlu dilakukan dalam berbagai bentuk, substansi, agar itu bisa dilihat secara substansif.

“Intinya, game yang menghabiskan waktu membuat pikiran orang yang nonton itu, keracunan, ketergantungan, dan juga melalaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa, pelajar, sesungguhnya ya lebih banyak mudarat,” beber Amirsyah.

Oleh karena itu, perihal kapan MUI mengambil sikap terkait fatwanya, mereka memastikan segera menerbitkannya. Hanya, hal itu tergantung pada kajian akademik yang dilakukan dari yang memberi masukan. Mulai dari aspek kesehatan, psikologi, semua pihak akan diminta pendapat.


Berbagai serangan bersenjata yang terjadi di Amerika Serikat juga diyakini disebabkan oleh pelaku yang terpapar kekerasan saat bermain video game. Presiden Trump, misalnya, menyalahkan video game atas kejadian penembakan di Marjory Stoneman Douglas High School di Florida, yang menewaskan 17 siswa.

Permainan role playing game, di mana pemain menggunakan senjata dan membunuh untuk bertahan hidup, seperti PlayerUnknown's Battlegrounds atau PUBG, menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir.

Di India, game PUBG sudah dilarang pada awal Maret. Pelarangan ini ditujukan untuk mencegah kekerasan dilakukan oleh anak-anak yang bermain game tersebut. "Karena permainan ini, pendidikan anak-anak dan remaja terpengaruh. Game ini juga mempengaruhi perilaku, tata krama, ucapan dan perkembangan anak-anak," demikian pernyataan dalam surat perintah polisi negara bagian Gujarat, tertanggal 6 Maret.

Indonesia dan Malaysia pun juga berwacana untuk melarang permainan PUBG. Dilansir dari Detik News, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah mempertimbangkan fatwa haram untuk game PUBG. Kemkominfo pun menanggapi pertimbangan tersebut. "MUI lembaga independen. Kalau memang (PUBG) dirasakan merusak, dikaji dulu, dan silahkan diajukan ke Kominfo. Kami siap menindaklanjuti permintaan pemblokirannya," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan.



Video Game bukan penyebab utama Kekerasan

Sarah Mayr, psikolog Jerman dengan fokus Human Factors dan molecular psychology, dalam tulisannya Vom Gamer zum Täter – Erhöhen Videospiele die Gewaltbereitschaft unter Jugendlichen? (Dari Gamer ke Pelaku Kriminal - Apakah video game meningkatkan tindak kekerasan pada anak muda?) mempertanyakan apakah menjadikan game sebagai masalah dan penyebab tindak kekerasan bisa dibenarkan dari sudut pandang ilmiah?

Untuk membuktikan klaim tersebut, maka diperlukan penelitian ilmiah. Ilmuwan AS Whitney DeCamp dan Christopher J. Ferguson telah melakukan riset pada 9000 anak-anak kelas 8 dan 11 yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat di AS untuk menguji faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi kasar.



Para peneliti merekam intensitas mereka bermain video game brutal, kualitas hubungan dengan orang tua, kekerasan dalam keluarga dan informasi demografik seperti gender, tingkat ekonomi keluarga dan etnisitas.

Penelitian DeCamp dan Ferguson menyimpulkan bahwa kekerasan dalam video game bukan merupakan penyebab utama kekerasan remaja dan, bahwa keluarga dan lingkungan sosial adalah faktor yang lebih berpengaruh dalam membuat seseorang berkelakuan kasar dan brutal.


Mengutip penelitian Adachi dan Willoughby yang berjudul "The Link Between Playing Video Games and Positive Youth Outcomes: Child Development Perspectives", Mayr menuliskan, beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa video game juga memiliki sisi baik: ada game yang melatih pemecahan masalah dan ada pula yang menggalakkan kerja sama di antara remaja dari berbagai kelompok sosial.


Setelah satu dekade lebih para ilmuwan menyibukkan diri pada riset efek negatif video game, Mayr berpendapat bahwa mungkin kini saatnya, mereka memfokuskan riset pada apakah dan bagaimana video game dapat berkontribusi positif pada perkembangan anak-anak.


Oh ia, Cukup sampai disini saja ya. Saya juga terkadang main PUBG, tetapi tidak terlalu keseringan juga.


Mohon maaf jika ada kesalahan, Terima Kasih dan ;

Wassalammualaikum wr. wb.

Ads