Apa itu New Normal?
Assalammu‘alaikum Wr. Wb.
Salam sejatera! Apakah kalian tahu apa itu New Normal? Belakangan kali ini, setelah adanya pelonggaran Lockdown di sebagian negara di dunia termasuk Penerapan PSBB di Indonesia, muncullah Istilah New Normal atau Era Normal Baru setelah adanya Pandemi COVID-19.
Berikut, inilah penjelasannya dan juga rinciannya.
PENGERTIAN
Sumber Artikel : Kompas.com
Setelah adanya Pandemi Global Virus Corona (COVID-19), dunia dipastikan akan memasuki Fase New Normal. Hal itu tentu saja juga berlaku di Indonesia, dan tidak akan kembali ke Fase atau situasi sebelum COVID-19 muncul. Berbicara mengenai New Normal, masih banyak yang bertanya-tanya mengenai definisi dari New Normal itu sendiri.
Definisi New Normal
Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita, New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan Aktivitas Normal namun dengan ditambah menerapkan Protokol Kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Menurut Wiku, prinsip utama dari New Normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. "Secara Sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk New Normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktifitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah," kata Wiku, baru-baru ini. Wiku menerangkan, secara sosial disadari bahwa hal ini akan berpengaruh. Pasalnya, ada aturan yang disebutkan dalam Protokol Kesehatan untuk menjaga Jarak Sosial / Social Distancing dengan mengurangi Kontak Fisik dengan orang lain.
Akan sampai kapan?
Masyarakat, kata Wiku, akan menjalani kehidupan secara New Normal hingga ditemukannya Vaksin dan dapat digunakan sebagai Penangkal Virus Corona COVID-19. "Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika Pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai tertemukannya Vaksin untuk COVID-19," katanya lagi.
Beberapa Ahli dan Pakar Kesehatan Dunia telah memastikan bahwa kemungkinan paling cepat dapat ditemukannya Vaksin adalah pada Tahun 2021. Artinya, masyarakat harus menjalani kehidupan secara New Normal hingga tahun depan, bahkan lebih. Oleh karenanya, perubahan perilaku akan menjadi kunci Optimisme dalam menghadapi COVID-19 dengan menerapkan Protokol Kesehatan sesuai Anjuran Pemerintah atau yang dikenal sebagai New Normal. "Tapi kita harus berpikiran Positif, karena Indonesia punya kapasitas yang besar dan Gotong Royong, marilah kita Gotong Royong agar terbebas dari COVID-19," imbuhnya.
PENERAPAN NEW NORMAL
Sumber Infografik : Tempo.co |
Sumber Artikel : Kompas.com
Terminologi " New Normal" mulai mencuat belakangan ini ketika sejumlah negara melonggarkan Penguncian (Lockdown) setelah kasus Virus Corona COVID-19 di negara tersebut melandai. New Normal merujuk pada kondisi kehidupan usai Pandemi Virus Corona dengan berbagai Protokol Kesehatan yang berlaku.
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo telah meminta masyarakat untuk bersiap menghadapi New Normal atau Era Normal Baru. Pernyataan tersebut keluar seiring rencana pemerintah untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan memulai Aktivitas Ekonomi.
Dituntut untuk beradaptasi
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Abdul Gaffar Karim mengatakan, New Normal bisa menjadi momentum ujian sosial bagi masyarakat Indonesia. Menurutnya, kondisi itu menuntut kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi baru yang jauh berbeda dari sebelumnya.
"Ini Momentum Ujian Sosial yang sangat baik. Masyarakat kita dituntut untuk menunjukkan kemampuan beradaptasi pada kondisi baru, yang mungkin sama sekali berbeda dari kondisi sebelum ini," kata Gaffar saat dihubungi, Senin (18/5/2020 | 25/9/1441). Gaffar menyebut kesiapan warga dalam menghadapi New Normal bergantung pada Lingkungan. Dari kondisi lingkungan itu, dia melihat 2 Karakter masyarakat yang berbeda dalam hal mengantisipasi Era New Normal ini.
Di Kampung cenderung lebih Tertib
Pertama, masyarakat dalam Immediate Environtment, seperti Keluarga atau Lingkungan Kampung. Pada Lingkungan ini, dia menyebut masyarakat cenderung lebih Tertib dan Kondusif. "Ketika berada dalam Immediate Environtment, Masyarakat kita cenderung lebih Tertib, Kontributif dan Penuh Empati," kata dia. "Di lingkungan Keluarga dan Kampung, kita lihat masyarakat saling menolong, saling menguatkan dan saling mengingatkan dengan baik. Kita nampak sangat tertib dan siap menghadapi New Normal," sambungnya.
Kedua, ketika berada dalam lingkungan agak asing (External atau Semi-External Environment), masyarakat akan memiliki karakter yang berbeda. Dalam kondisi tersebut, masyarakat cenderung tidak tertib dan suka berebut kepentingan sendiri. "Ini yang menyebabkan antrian kadang tidak tertib, Distancing jadi tidak jalan, bahkan seringkali ada sikap-sikap yang nir-empati terhadap kondisi Bencana," terang dia.
Pemerintah perlu mendorong
Gaffar pun melihat ujian sebenarnya dalam New Normal terletak pada kemampuan masyarakat memperlakukan Immediate Environtment dan External Environtment itu dengan cara yang sama. "Jadi tertib di Rumah, tertib di Kampung, juga tertib di Jalanan. Itulah ciri-ciri masyarakat maju," kata Gaffar. Untuk itu, ia berharap agar pemerintah terus mendorong Gerakan Penyadaran melalui Tokoh-tokoh Masyarakat.
Menurutnya, metode yang biasa digunakan oleh negara untuk menyebarkan pemahaman seperti Keluarga Berencana, perlu diterapkan lagi dalam era ini. "Karena biasanya cara itulah yang paling efektif untuk mengubah perilaku publik. Selama ini terbukti begitu," tutupnya.
Demikianlah Informasi yang saya sampaikan. Semoga saja dengan adanya New Normal, kita bisa beraktivitas kembali seperti biasanya seperti Bersekolah, Bekerja, dan juga bisa Beribadah (Shalat Berjamaah di Masjid) serta dapat Berlibur, Pergi Jalan-jalan, Makan di Restoran, dan lain-lainnya. Akan tetapi dengan harapan tidak ada lagi Lonjakan Kasus Baru / Gelombang Kedua terhadap Penularan Pasien COVID-19, Aamiin.
Terima Kasih, dan
Wassalammu‘alaikum Wr. Wb.