Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

[#MAYDAY] Happy International Labor Day! Inilah Hari Buruh di tengah Pandemi COVID-19

Assalammu‘alaikum Wr. Wb. 

Hello gaes! 
Hari ini tepatnya pada Hari Jumat Tanggal 1 Mei 2020 (8 Ramadhan 1441 H) merupakan Hari May Day atau Hari Buruh Internasional yang bertujuan untuk Buruh untuk merayakan Keberhasilan Ekonomi dan Sosial para Buruh.







Setiap Tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh. Berbeda dari Tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Buruh Tahun ini tak dibarengi dengan Aksi Turun ke Jalan menyuarakan Tuntutan para Buruh.

Tak dipungkiri, Pandemi Global Virus Corona (COVID-19) telah memukul berat banyak Sektor, termasuk Roda Perekonomian Indonesia dan Dunia.

BERITA 1 (Dari PHK hingga Kartu Prakerja)

Sumber Artikel : Kompas.com


Pandemi yang terjadi di Tanah Air juga telah mengakibatkan banyak dari para Pekerja yang terpaksa Dirumahkan karena Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK. Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang juga salah satu Pendiri Migrant Care, Anis Hidayah menilai bahwa banyak hal yang harus diperhatikan di tengah kondisi saat ini.

Antara lain seperti Buruh yang kehilangan pekerjaan, Pekerja yang masih bekerja dengan Gaji separuh, Pekerja yang terpapar COVID-19, hingga para Pekerja Migran.

"Mereka yang kehilangan pekerjaan tentu harus dapat pekerjaan baru. Mereka yang tetap bekerja tapi Terinfeksi COVID-19 itu akses layanan kesehatannya seperti apa. Lalu pekerja migran juga banyak sekali problem-nya," kata Anis saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/5/2020 | 8/9/1441).


Anis menambahkan, Pekerja Migran di Luar Negeri pun seharusnya tak luput dari perhatian Pemerintah, seperti nasib para Pekerja Migran yang harus kembali ke Indonesia karena habis Masa Kontrak.

Selain itu, kelanjutan para Pekerja Migran yang tetap bertahan di negara lain dengan sistem kerja harian juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Anis menyampaikan, Protokol bagi para Pekerja Migran yang terpaksa pulang ke Indonesia di tengah Wabah COVID-19 juga tidak ada kejelasan.

"Selain kelanjutan pekerjaannya (bagi para Buruh), bagaimana ketika sudah sampai ke Indonesia. Dari sini ke daerah asal itu protokolnya juga belum jelas," ujar dia.

PR Pemerintah


Pandemi saat ini memang membuat kondisi sulit. Sejumlah Perusahaan juga telah berada di Titik Terbawah, bahkan terancam Gulung Tikar / Bangkrut.

Anis menuturkan, memang tidak mudah bagi Pemerintah untuk memulihkan seluruh keadaan di tengah kondisi seperti ini. Namun, sejumlah hal juga harus diprioritaskan, terutama golongan yang rentan terhadap kelanjutan hidup ke depan. Dalam hal ini termasuk Kaum Buruh.

"Semua aspek ini kan Luluh Lantak. (Aspek) Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, semuanya kan ada pada Titik Paling Bawah," tutur Anis. "Kalau sekarang masih dalam Pandemi, kan Kesehatan Masyarakat (yang menjadi utama). Namun pasca itu kan harus memikirkan bagaimana masa depan Indonesia, terutama di Sektor Buruh," lanjut dia.

Salah satu Tugas Pemerintah setelah Pandemi selesai yakni Memulihkan keadaan Ekonomi, termasuk menciptakan Lapangan Pekerjaan. 

"Perubahan RPJMN (Rencana Pembangunan Jarak Menengah Nasional) dan RPJMD (Rencana Pembangunan Jarak Menegah Daerah) ini mesti lebih banyak mendengarkan, memasukkan Isu-isu Krusial, yang ke depan Alokasi Anggarannya itu untuk ke sana," tuturnya.


Bantuan Sosial (Bansos)

Menurut Anis, Program Bantuan Pemerintah berupa Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) hanya menjadi Program Jangka Pendek. Dalam pemberian bantuan-bantuan sosial semacam ini, harus benar-benar dipastikan kelompok-kelompok penerimanya.

"Jangka menengah dan jangka panjangnya yang harus dipikirkan," ucapnya. Anis menjelaskan, Peran dan Inisiatif Masyarakat berupa Gerakan Sosial juga menjadi hal penting yang dapat diedukasi oleh Pemerintah untuk dikerjasamakan di tengah kondisi sulit seperti ini.

Sementara itu, dia menambahkan, sejumlah Aksi Gerakan Solidaritas untuk Buruh dan Buruh Migran pun terus diciptakan, seperti Membuat Konser Amal untuk Buruh, Menggagas Dapur Rakyat untuk Perempuan Buruh Harian, hingga Memprduksi APD (Alat Pelindung Diri) dan Masker untuk Masyarakat di Lingkungannya dan juga untuk Tim Medis.


Migrant CARE, lanjutnya terus mengupayakan Bantuan Logistik dan Pendataan untuk Buruh Migran yang terdampak Lockdown di Malaysia.

"Gerakan Solidaritas inilah yang menjadi jangkar bagi kita," papar dia.


Kartu Prakerja

Ilustrasi Kartu Prakerja

Di sisi lain, Anis menilai adanya program kartu prakerja yang dikeluarkan pemerintah di tengah kondisi Wabah pun juga dinilai tidak Efektif. Pelatihan berbasis Daring / Online dan pengimplementasian secara nyata dari program ini masih belum jelas.

"Isinya hanya Kursus Online, yang kemudian setelah itu mau ke mana. Itu juga harus dipikirkan ulang Kartu Prakerja itu," kata Anis.

Jika Program ini dipandang sebagai suatu solusi, lanjut dia, maka harus dipikirkan substansi dan apa saja yang dibutuhkan para Pekerja. "Harus ada Assesment, harus ada Penelitian. Apa yang paling dibutuhkan teman-teman (Pekerja) sekarang," tuturnya.

BERITA 2 (Harapan Hari Buruh saat Pandemi)

Sumber Artikel : Liputan6.com


Peringatan Hari Buruh Internasional pada Jumat, 1 Mei 2020 kali ini berbeda seiring Pandemi COVID-19 yang terjadi secara Global. Serikat buruh di Indonesia pun tetap menyuarakan tuntutannya dengan tidak turun ke Jalan. Salah satunya yang akan dilakukan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Jawa Timur dengan menyuarakan tuntutan secara Virtual lewat Media Sosial.

“Kami absen tidak aksi turun jalan karena Wabah Corona,” ujar Sekjen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Jazuli saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, ditulis Jumat, (1/5/2020 | 8/9/1441).

Jazuli menuturkan, pihaknya tetap menyuarakan tuntutan pada Hari Buruh Internasional antara lain adalah menghentikan Pembahasan RUU Omnibus Law terhadap Hak Cipta kekrja, meliburkan seluruh Buruh dengan tetap mendapatkan upah penuh selama masa Pandemi dan mampu mencegah Gelombang PHK.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur, Arief Harsono mengharapkan Peringatan Hari Buruh Internasional dapat dijalankan baik.  Pihaknya juga prihatin dengan kondisi Pandemi COVID-19 berdampak terhadap Sektor Usaha. Hal ini juga berpengaruh untuk mengambil langkah-langkah yang berat.

"Semua harus Cooling Down saat Hari Buruh. Dijalankan dengan baik. Pengusaha juga tidak ingin ada PHK, keadaan terpaksa dirumahkan. Kalau cari karyawan juga susah karena harus Tes sampai Lulus," ujar dia.

Kondisi Pandemi COVID-19 Berbeda dengan Krisis Moneter pada Tahun 1998


Kondisi Pandemi COVID-19, menurut Arief berbeda dengan Krisis Moneter 1998. "Pada Tahun 1998 Krisis Moneter, Perusahaan Besar jugaterkena. Sekarang UKM, Industri Kecil (semua kena-red),” tutur dia.

Meski demikian, pihaknya yakin kondisi membaik pada Semester II 2020, dengan catatan seluruh pihak disiplin menjalankan Protokol Kesehatan. Arief mengingatkan agar selalu Rutin Cuci Tangan, Menjalani Hidup Sehat dan Bersih, serta Memakai Masker.

"Kalau dengar penjelasan pada Bulan Juni-Juli mudah-mudahan bisa selesai asalkan disiplin baik Buruh maupun Pengusaha sehingga ini cepat reda, maka ekonomi kita berputar. Sangat optimistis, Semester 2 akan membaik, asalkan patuh anjuran pemerintah," kata dia.


Untuk melihat Postingan Artikel terdahulu di Blog ini, silahkan lihat di sini


Kesimpulannya adalah kita harus menjaga Buruh demi kesejateraan Bangsa Nasional maupun Internasional. Apalagi dalam suasana pada saat ini, dimana Krisis Ekonomi ada dimana-mana akibat dari Wabah Virus Corona. Jadi kita harus menjaga Buruh kita dan Stimulus Ekonomi din Negara kita selama Pandemi COVID-19 ini. 


Sekian informasi ini semoga bermanfaat :) 

Terima Kasih dan ;

Wassalammu'alaikum wr. wb.

Ads