Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Usability Testing beserta dengan Metode, Langkah-langkah, dan Manfaatnya (+ Cara menghitung Uji Usability Testing)

Assalamu‘alaikum wr. wb.

Halo gais, Kembali lagi bersama Inzaghi's Blog! Pada pembahasan sebelumnya sudah pernah membahas tentang apa itu Interaction Design. Sekarang kita akan membahas tentang Usability Testing yang akan berguna jika kita ingin membuat suatu Aplikasi/Software lalu kita ujikan terlebih dahulu. Mari kita simak baik-baik pada postingan ini.



Sumber Artikel Materi : Interaction Design Foundation dan Glints.com

Pengujian Kegunaan (Usability Testing) adalah praktik pengujian seberapa mudah desain digunakan dengan sekelompok pengguna yang representatif. Biasanya melibatkan mengamati pengguna saat mereka mencoba menyelesaikan tugas dan dapat dilakukan untuk berbagai jenis desain. Hal ini sering dilakukan berulang-ulang, mulai dari pengembangan awal hingga peluncuran produk.

A. Pengertian Usability Testing

Jika Anda tertarik untuk menjadi manajer produk, penulis UX, atau pekerjaan lain apa pun yang terkait dengan desain produk, penting untuk mengetahui apa itu pengujian kegunaan dan untuk apa pengujian itu digunakan. Usability testing seperti dilansir dari Hubspot merupakan metode evaluasi pengalaman pengguna suatu produk di situs web atau aplikasi.

Orang yang bertanggung jawab atas proses ini adalah UX Researcher. UX Researcher mengumpulkan perwakilan pengguna dan pelanggan untuk memeriksa apakah produk tersebut dapat digunakan. Pasalnya, penambahan fitur baru bisa membingungkan pengguna. Tahapan ini harus dilalui agar produk didesain sebaik mungkin dan pengalaman pengguna tetap menyenangkan.

B. Penghasilan Produk pada Usability Testing

Melalui Pengujian Kegunaan (Usability Testing), Anda dapat menemukan kekurangan desain yang mungkin Anda abaikan. Saat Anda melihat bagaimana pengguna pengujian berperilaku saat mereka mencoba menjalankan tugas, Anda akan mendapatkan wawasan penting tentang seberapa baik desain/produk Anda bekerja. Kemudian, Anda dapat memanfaatkan wawasan ini untuk melakukan peningkatan. Setiap kali Anda menjalankan tes kegunaan, tujuan utama Anda adalah untuk :
  1. Tentukan apakah penguji dapat menyelesaikan tugas dengan sukses dan mandiri.
  2. Nilai kinerja dan kondisi mental mereka saat mereka mencoba menyelesaikan tugas, untuk melihat seberapa baik desain Anda bekerja.
  3. Lihat seberapa banyak pengguna menikmati menggunakannya.
  4. Identifikasi masalah dan tingkat keparahannya.
  5. Temukan solusi.

Meskipun Usability Testing dapat membantu Anda membuat produk yang tepat, tes tersebut seharusnya tidak menjadi satu-satunya alat di kotak alat penelitian UX Anda. Jika Anda hanya fokus pada aktivitas evaluasi, Anda tidak akan meningkatkan kegunaan secara keseluruhan.

Sumber : Interaction Design Foundation

Ada berbagai metode untuk Usability Testing. Yang mana yang Anda pilih tergantung pada produk Anda dan di mana Anda berada dalam proses desain Anda.

C. Metode pada Usability Testing

Sebelum mengetahui pentingnya tahapan ini, kamu perlu tahu bahwa ada beberapa metode usability testing yang dapat dijalankan. Metode atau jenis uji coba ini harus dipilih berdasarkan sumber daya yang ada, target pasar, dan objektif dari riset tersebut. 

Maksud dari objektif riset adalah pertanyaan apa yang ingin kalian dapatkan jawabannya. Secara keseluruhan, metode usability testing dibagi menjadi 3 (Tiga), yaitu Moderated dan Unmoderated, Remote dan in-person (Tatap muka), serta expolative, assessment, dan comparative. Berikut adalah penjelasannya.

1. Moderated and Unmoderated Usability Testing

Dua metode Usability Testing yang akan dibahas pertama adalah Moderated dan Unmoderated. Moderated testing adalah tes yang dapat dilakukan secara langsung atau Remote (Jarak Jauh) oleh peneliti profesional. Peneliti akan menjelaskan tes, menjawab pertanyaan yang diajukan, dan mengajukan pertanyaan lanjutan.

Di sisi lain, Unmoderated Testing dijalankan tanpa pengawasan langsung. Peserta uji coba dengan metode ini bisa menjalankannya dari rumah, menggunakan gadget masing-masing untuk membuka situs yang sedang diuji. 

Moderated testing bisa memberikan jawaban yang spesifik dan mendalam, tetapi cukup mahal untuk dijalankan. Dalam prosesnya, harus disediakan peneliti yang sudah terlatih, menentukan tempat menjalankan tes, dan juga menyiapkan kompensasi dalam bentuk apa pun untuk peserta. 

Unmoderated testing memang lebih murah, tetapi pertanyaan yang diberikan harus benar-benar spesifik karena akan sulit untuk memberi pertanyaan lanjutan.

2. Remote dan in-Person Testing

Metode Usability Testing yang selanjutnya adalah remote dan in-person. Anda mungkin bisa menebak perbedaan antara keduanya hanya dengan namanya.

Pengujian jarak jauh dilakukan dari jarak jauh melalui internet atau telepon. Pengujian tatap muka mengharuskan peserta dan peneliti UX, atau setidaknya moderator, berada di satu tempat.

Kalau membutuhkan sampel yang banyak tapi tidak mendalam, Anda bisa menjalankan Remote Testing. Meskipun begitu, untuk mendapatkan data yang benar-benar mendalam seperti bahasa tubuh dan lainnya, in-person testing adalah metode yang harus digunakan.

Jika Anda memilih Remote Testing Jarak Jauh, Anda dapat memoderasi melalui Google Meet, Zoom, dll., atau menggunakan pengujian yang tidak dimoderasi. Anda dapat menggunakan perangkat lunak ini untuk melakukan pengujian jarak jauh yang dimoderasi dan tidak dimoderasi dan mendapatkan manfaat dari alat seperti peta panas.

3. Explorative Test, Assessment Research, dan Comparative Research

Tiga metode Usability Testing yang terakhir adalah tes eksploratif, riset penilaian dari user, dan riset komparatif. 

Dalam tes eksploratif, peserta biasanya diminta untuk menjalankan brainstorming dan memberikan opini masing-masing secara bebas. Informasi ini biasanya dikumpulkan pada tahapan awal product development. Di tahap tersebut, para peneliti mengumpulkan ide untuk fitur baru, workshop berbagai macam jenis ide, dan melihat celah yang ada di pasar. 

Assessment research ditujukan untuk meneliti penilaian dari user, kepuasan mereka, dan apakah mereka dapat menggunakan produk yang diuji dengan mudah. 

Comparative research merupakan metode yang mewajibkan peserta untuk memilih di antara dua desain produk, dan juga untuk membandingkan website dengan milik kompetitor.

D. Langkah-langkah menjalankan Usability Testing

Seperti yang sudah saya jelaskan, Usability Testing adalah cara perusahaan untuk menilai User Experience (UX) yang diberikan oleh produk mereka.

Jenis tes ini sebenarnya terdiri dari beberapa kategori dengan metode kerja yang berbeda. Namun, ada langkah-langkah umum yang dapat diikuti oleh aktivis produk saat melakukan pengujian kegunaan. Berikut ini adalah presentasinya.

1. Rencanakan Sesi Tes

Hal pertama yang perlu disiapkan perusahaan adalah merencanakan sesi Usability Testing. Tahap perencanaan ini sebenarnya sangat penting. Merencanakan detail pengujian adalah bagian terpenting dari keseluruhan proses.

Keputusan yang dibuat perusahaan pada tahap awal pengujian menentukan hasil yang mereka dapatkan.

Selama merencanakan sesi tes, ada beberapa hal yang perlu ditentukan oleh perusahaan, seperti masalah yang ingin mereka selesaikan, jenis target Audiens yang dibutuhkan, dan kualitas sumber daya logistik.

2. Undang Partisipan

Langkah berikutnya yang perlu dilakukan perusahaan saat merencanakan Usability Testing adalah mengundang partisipan. Kelompok audiens yang direkrut oleh perusahaan harus sesuai dengan tujuan dan sumber daya pengujian.

Misalnya, sebelum merekrut peserta, perusahaan harus menentukan jumlah informasi yang mereka butuhkan dan anggaran mereka secara keseluruhan.

Perusahaan dapat menjangkau audiens mereka dengan dua cara berbeda: melalui agensi atau dengan menjangkau klien sendiri. Pelanggan dapat menjangkau melalui media sosial dan saluran yang lebih bertarget seperti email dan telepon.

Setelah Anda mengundang peserta Anda, jangan lupa untuk mengganti waktu dan tenaga yang dihabiskan.

3. Ciptakan Skenario Tes

Menurut Hotjar, perusahaan perlu menciptakan skenario pengujian dengan baik sebelum menjalankan usability testing.

Langkah ini dan tahap perekrutan partisipan sejatinya perlu dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan.

Inisiatif ini bisa dilakukan setelah perusahaan menemukan latar belakang penelitian dan saat menunggu konfirmasi dari peserta.

Perusahaan perlu merencanakan skenario secara spesifik pada partisipan. Mereka juga harus menjelaskan tugas-tugas yang perlu diselesaikan oleh peserta untuk menjamin hasil yang dapat ditindaklanjuti.

4. Menjalankan Sesi Tes

Tahap berikutnya dalam Usability Testing adalah untuk menjalankan sesi tes secara saksama. Saat melakukan sesi pengujian, perusahaan perlu menunjuk moderator yang bisa mengikuti protokol dan mengawsi peserta. Protokol ini sejatinya memiliki sejumlah fungsi penting. Akan tetapi, ia perlu disediakan agar bisa menjamin pengalaman yang baik untuk keseluruhan subjek tes.

Dalam menjalankan sesi tes, ada beberapa hal yang perlu dilakukan moderator dan panitia, seperti memperkenalkan subjek, mengawasi jalannya ujian, dan menyaring hasil.

5. Analisis Insight

Akhirnya, setelah selesai mengumpulkan semua data Usability Testing, hal yang perlu dilakukan adalah untuk menganalisis insight dan membuat kesimpulan.

Saat menganalisis hasil tes, cobalah untuk melakukannya sesegera mungkin setelah pengujian berakhir sehingga pengamatannya dapat berlangsung secara maksimal.

Lalu, ketika memeriksa data, keluarkan isu paling serius atau yang paling sering dihadapi pengguna untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Jangan membahas setiap hal yang salah. Justru, perusahaan sebaiknya memprioritaskan isu-isu yang paling menonjol.

E. Cara menghitung Uji Usability Testing

Sumber : Odett.nl

Setiap Tugas Kegunaan (Usability Tasks) dapat dinilai untuk Efektivitas, Efisiensi dan Kepuasan (Shukairy, 2022) yang dapat dilakukan dengan metrik berikut:
  • Task Success Rate (Tingkat Keberhasilan Tugas)
  • Error Rate (Tingkat Kesalahan)
  • Time-Based Efficiency (Efisiensi Berbasis Waktu)
  • Overall Relative Efficiency (Efisiensi Relatif Keseluruhan)
  • Post-Task Satisfaction (Kepuasan Pasca Tugas)
  • Task Level Satisfaction (Kepuasan Tingkat Tugas)

1. Usability Testing Metrics untuk Efektivitas

a. Task-Success Rate

Task-success rate atau tingkat penyelesaian mengacu pada persentase pengguna yang berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan. Tentunya setiap peneliti menginginkan tingkat keberhasilan 100% sehingga semakin tinggi skor ini semakin baik. Rata-rata tingkat keberhasilan sekitar 78% dan sangat bergantung pada konteks di mana tugas dievaluasi. Metrik ini dapat diukur pada akhir tes.

Tingkat penyelesaian (Completion rate) dihitung dengan menetapkan nilai biner '1' jika peserta tes berhasil menyelesaikan tugas dan '0' jika tidak. Ambil jumlah tugas yang diselesaikan dengan benar dan bagi dengan jumlah total percobaan.

b. Error Rate

Metode lain untuk mengukur keefektifan adalah dengan menghitung jumlah kesalahan yang dilakukan peserta saat mencoba menyelesaikan tugas pengguna. Ini bisa berupa tindakan yang tidak diinginkan atau kesalahan yang dilakukan pengguna. Pastikan Anda mempersiapkan terlebih dahulu kesalahan apa yang mungkin terjadi dan beri mereka peringkat dalam hal tingkat keparahan tes.

Jumlah rata-rata kesalahan per taks adalah 0,7, dengan 2 dari setiap 3 pengguna melakukan kesalahan. Rata-rata, hanya 10% dari pengguna yang melakukan tugas tanpa kesalahan, artinya wajar jika pengguna melakukan kesalahan.

2. Usability Testing Metrics untuk Efisiensi

a. Time-Based Efficiency

Efisiensi berbasis waktu dihitung dengan terlebih dahulu mengukur waktu pengerjaan tugas. Ini adalah waktu rata-rata yang diperlukan pengguna untuk berhasil menyelesaikan setiap tugas. Metrik ini berguna saat mencari masalah dengan kegunaan dan dihitung dengan mengurangkan waktu mulai dari waktu selesai.

Rumus Efisiensi berbasis Waktu (Time-based Efficiency) adalah (Sergeev, n.d.) :


Dimana :
  • N = Jumlah total tugas (tujuan)
  • R = Jumlah pengguna/user
  • nij = Hasil tugas i oleh pengguna j; jika pengguna berhasil menyelesaikan tugasnya, maka nij = 1, jika tidak = 0.
  • tij = Waktu yang dihabiskan pengguna j untuk menyelesaikan tugas i. Jika tugas tidak berhasil diselesaikan, waktu diukur hingga saat pengguna keluar dari tugas.

Template : Calculation of time-based efficiency

Anda dapat menggunakan tabel di bawah ini untuk membantu menghitung efisiensi berbasis waktu dari tugas kegunaan Anda. Untuk nij kita isi 1 saat tugas selesai dan 0 saat tugas belum selesai. Waktu untuk menyelesaikan adalah detik yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan tugas, atau detik yang dibutuhkan pengguna untuk meninggalkan tugas. Total (kolom terakhir) dihitung dengan membagi nij dengan tij.

Tugas : [enter task] (N)


Time-based Efficiency (Tujuan per detik) = Jumlah di atas / (Total Tugas (N) x Total Pengguna (R))

b. Overall relative Efficiency

Efisiensi relatif keseluruhan menggunakan rasio waktu yang dibutuhkan oleh pengguna yang berhasil menyelesaikan tugas dalam kaitannya dengan total waktu yang dibutuhkan oleh semua pengguna. Dan rumus untuk itu adalah :


Sekarang, ini mungkin terlihat rumit, tetapi dengan tabel di bawah ini Anda dapat dengan mudah menghitung keseluruhan efisiensi relatif dari tugas Anda.

Templat : Perhitungan efisiensi relatif keseluruhan.

Dengan tabel serupa seperti yang kita gunakan sebelumnya (dan data yang hampir sama), kita dapat menghitung efisiensi relatif keseluruhan tugas. Perbedaan besar dengan efisiensi berbasis waktu adalah sekarang kita mengalikan angka yang diselesaikan dengan jumlah detik yang diperlukan untuk menghitung total. Dan kami juga menambah waktu untuk menyelesaikan tugas.

Tugas : [enter task] (N)


Total Efisiensi Relatif keseluruhan (%) = (Jumlah di atas / tij Jumlah di atas) x 100

3. Usability Testing Metrics untuk Kepuasan

Cara sederhana untuk mengukur kepuasan pengguna adalah dengan menggunakan kuesioner kepuasan standar, yang dapat diberikan setelah setiap tugas atau di akhir Uji Usability Testing.

a. Post-task Satisfaction

Setelah pengguna mencoba suatu tugas, mereka harus diberi kuesioner untuk mengukur pengalaman kesulitan tugas mereka. Kuesioner cepat ini tidak pernah berisi lebih dari 5 pertanyaan dan kemudian digunakan setelah setiap tugas dilakukan (atau dicoba untuk dicapai). Kuesioner pasca-tugas ini sering berbentuk peringkat skala Likert dan tujuannya adalah untuk memberikan wawasan tentang kesulitan tugas seperti yang terlihat dari perspektif peserta.

Kuesioner pasca-tugas yang paling populer adalah :
  • ASQ : Kuesioner Setelah Skenario (3 Pertanyaan)
  • NASA-TLX : Indeks beban tugas NASA adalah ukuran upaya mental (5 Pertanyaan)
  • SMEQ : Kuesioner Upaya Mental Subjektif (1 Pertanyaan)
  • UME : Estimasi Besaran Kegunaan (1 Pertanyaan)
  • SEQ : Pertanyaan Kemudahan Tunggal (1 Pertanyaan)

Namun, membuat kuesioner kepuasan sendiri melalui Google Forms juga merupakan pilihan yang baik. SEQ sederhana dan efektif, memberi pengguna Anda banyak waktu untuk fokus pada tugas tanpa mengganggu mereka dengan kuesioner berulang kali.

b. Task level Satisfaction

Kepuasan tingkat tugas dilakukan pada akhir uji kegunaan dan bukan setelah setiap tugas. Ini berfungsi untuk mengukur kesan pengguna terhadap keseluruhan kemudahan penggunaan sistem (Interaction Design Foundation, n.d.).

Kuesioner kepuasan tingkat tugas yang paling populer adalah :
  • SUS: Skala Kegunaan Sistem (10 Pertanyaan)
  • SUPR-Q : Kuesioner Peringkat Persentil Pengalaman Pengguna Standar (13 Pertanyaan)
  • CSUQ : Kuesioner Kegunaan Sistem Komputer (19 Pertanyaan)
  • QUIS : Kuesioner Untuk Kepuasan Interaksi Pengguna (24 Pertanyaan)
  • SUMI : Inventarisasi Pengukuran Kegunaan Perangkat Lunak (50 Pertanyaan)

Di mana SUS adalah alat yang relatif murah dan sangat akurat digunakan untuk menguji kepuasan tugas.


Sekian sampai di sini saja untuk Penjelasan tentang Usability Testing. Semoga bermanfaat bagi Developer dan UI/UX Designer.

Terima Kasih 😄😘👌👍 :)

Wassalamu‘alaikum wr. wb.

Ads