Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

[#BelajarDiRumah] Inilah Karakteristik Gelombang (Fisika Kelas 11)

Assalammu‘alaikum wr. wb.

Hello gaes! Apakah kalian malas belajar Fisika? Kali ini saya akan membahas tentang Gelombang. Dan jangan malas untuk mempelajari tentang Ilmu Sains.



Sumber Materi : Quipper (Blog), dan juga dari sumber yang lain

Coba tebak, bagaimana cara Astronot berkomunikasi di luar angkasa? Apakah mereka bisa bercakap-cakap layaknya orang yang ada di Bumi? Jika mereka bercakap-cakap seperti saat di Bumi, tentu suara mereka tidak akan terdengar satu sama lain. Hal itu karena di Luar Angkasa merupakan Ruang Hampa Udara. Oleh karena itu, para Astronot bisa berkomunikasi menggunakan gelombang radio. 

Mengapa gelombang bunyi tidak bisa merambat di Luar Angkasa, sementara gelombang radio bisa merambat di luar angkasa? Gelombang bunyi termasuk dalam Gelombang Mekanik, yaitu gelombang yang membutuhkan Medium untuk merambat. 

Sebaliknya, Gelombang Radio merupakan Gelombang Elektromagnetik yang tidak membutuhkan Medium untuk merambat. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Gelombang itu bermacam-macam jenis dan karakteristiknya. Ingin tahu selengkapnya tentang macam-macam Gelombang beserta karakteristiknya? Simak ulasan berikut.

PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM GELOMBANG

Gelombang adalah Getaran yang merambat. Gejala Gelombang bisa diamati dengan mudah, contohnya Gelombang Air Laut akibat hembusan Angin. Selama merambat, Gelombang akan memindahkan Energi tertentu dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun demikian, medium Perambatan Gelombang tidak ikut pindah.

A. Berdasarkan Medium Rambatannya

Berdasarkan medium perambatannya, gelombang dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

    1. Gelombang Mekanik

Gelombang Mekanik adalah gelombang yang membutuhkan medium untuk merambat. Artinya, jika tidak ada medium, gelombang tidak akan pernah terjadi. Hal ini bisa kalian lihat pada kasus Percakapan Astronot di luar Angkasa. Gelombang yang termasuk Gelombang Mekanik ini adalah gelombang bunyi, gelombang tali, dan  gelombang air laut. 

    2. Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang tidak membutuhkan medium untuk merambat. Artinya, gelombang ini bisa merambat dalam ruang hampa sekalipun. Contoh Gelombang Elektromagnetik adalah Cahaya, Gelombang Radio, Sinar-X (X-Ray), Sinar Gamma (Gamma Ray), Inframerah (Infrared), dan Sinar Ultraviolet.

B. Berdasarkan Arah Getar dan Arah Rambatnya

Berdasarkan Arah Getar dan Arah Rambatannya, Gelombang dibagi menjadi 2 (Dua), yaitu sebagai berikut.

    1. Gelombang Transversal


Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah getarnya Tegak Lurus dengan arah rambatannya. Contoh Gelombang Transversal adalah Gelombang Tali, Cahaya, Seismik Sekunder, dan sebagainya.

    2. Gelombang Longitudinal


Gelombang Longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya Sejajar dengan arah rambatannya. Ciri gelombang ini adalah memiliki rapatan dan renggangan. Contoh Gelombang Longitudinal adalah gelombang bunyi, pegas, dan Seismik Primer.

C. Berdasarkan Amplitudonya

Berdasarkan Amplitudonya, Gelombang dibagi menjadi 2 (Dua), yaitu Gelombang Berjalan dan Gelombang Stasioner.

    1. Gelombang Berjalan

Gelombang Berjalan adalah Gelombang yang memiliki Amplitudo tetap. Artinya, setiap titik yang dilalui gelombang amplitudonya selalu sama besar. Contoh Gelombang Berjalan adalah Gelombang Air.

    2. Gelombang Stasioner

Gelombang Stasioner adalah perpaduan antara gelombang datang dan Gelombang Pantul yang Amplitudo dan Frekuensinya sama tetapi arah rambatnya berlawanan. Titik yang bergetar dengan Amplitudo Maksimum disebut Perut, sedangkan titik yang bergetar dengan Amplitudo Minimum disebut Simpul.

Untuk lebih jelasnya, silahkan baca selengkapnya di bawah ini.

GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STASIONER (+ CONTOH SOAL)

Sumber Materi : Quipper (Blog)

A. Besaran-Besaran dalam Gelombang

Membahas masalah gelombang tidak akan lepas dari besaran-besaran berikut di bawah ini.

    1. Panjang Gelombang

Panjang Satu Gelombang adalah Panjang antara Satu Bukit dan Satu Lembah atau Jarak antar Puncak yang berdekatan.

Bagaimana cara menentukan Panjang Gelombangnya? Simak gambar berikut.

Kira-kira berapa gelombang yang terbentuk pada gambar di atas? Oleh karena terdapat 2 (Dua) Puncak dan 2 (Dua) Lembah, maka jumlah gelombangnya ada 2. Berapa panjang untuk satu gelombang? Jika Panjang AX dimisalkan adalah 10 m, maka panjang untuk satu gelombangnya dirumuskan sebagai berikut.


    2. Periode dan Frekuensi

Periode adalah Waktu yang dibutuhkan oleh Gelombang untuk menempuh Satu Panjang Gelombang. Secara Matematis dirumuskan sebagai berikut.


Keterangan : 

T = Periode (s)
t = Waktu Tempuh Gelombang (s)
n = Banyaknya Gelombang

Frekuensi adalah banyaknya Gelombang yang terbentuk dalam Waktu Satu Sekon. Secara Matematis, Frekuensi dirumuskan sebagai berikut.


    3. Cepat Rambat Gelombang

Cepat Rambat Gelombang adalah jarak tempuh gelombang tiap Sekon. Jika dinyatakan dalam bentuk Matematis, Cepat Rambat Gelombang memiliki Persamaan berikut.


Keterangan : 

f  = Frekuensi (Hz)
T = Periode Gelombang (s)
v = Cepat Rambat Gelombang (m/s)
Îť = Panjang Gelombang (m) 

    4. Gelombang Berjalan

Mengapa Gelombang yang dihasilkan oleh pelemparan Batu ke dalam Air digolongkan sebagai Gelombang berjalan? Memang apa sih gelombang berjalan itu?

Gelombang berjalan adalah gelombang yang memiliki Amplitudo tetap. Artinya, titik-titik yang dilalui gelombang mengalami Getaran Harmonik dengan amplitudo tetap. Ada beberapa persamaan yang harus kalian ketahui saat belajar Gelombang Berjalan. Adapun persamaan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

    5. Persamaan Simpangan

Gelombang berjalan memiliki Persamaan simpangan seperti berikut.


Keterangan :

y = Simpangan (m)
A = Amplitudo Gelombang (m)
𝜔 = Kecepatan Sudut Gelombang (rad/s)
t  = Lamanya Gelombang Beretar (s)
T  = Periode Gelombang (s)
k = Bilangan Gelombang
x = Jarak Titik ke sumber Getar (m)
Îť = Panjang Gelombang (m)

    6. Persamaan Kecepatan

Seperti kalian ketahui bahwa Kecepatan merupakan Turunan Pertama dari Jarak atau Simpangan. Dengan demikian, Persamaan Kecepatan gelombang berjalan adalah persamaan yang diturunkan dari persamaan simpangan. Secara Matematis, Persamaan Kecepatannya dirumuskan sebagai berikut.


Keterangan : 

v = Kecepatan (m/s)
y = Simpangan Gelombang (m)

    7. Persamaan Percepatan

Seperti halnya Kecepatan, Persamaan Percepatan merupakan Turunan Pertama dari Kecepatan dan Turunan Kedua dari simpangan. Secara matematis, persamaan percepatan adalah sebagai berikut . 


Keterangan : 

a = Percepatan (m/s2)
v = Kecepatan Gelombang (m/s)
y = Simpangan (m)

    8. Sudut Fase Gelombang

Sudut Fase adalah sudut yang ditempuh oleh benda yang bergetar.  Sudut Fase dinyatakan dalam Fungsi Sinus dari Persamaan umum Gelombang. Secara Matematis, dirumuskan sebagai berikut.


    9. Fase Gelombang

Fase Gelombang adalah besaran yang berkaitan dengan Simpangan dan Arah Gerak Gelombang. Secara Matematis, Fase Gelombang dirumuskan sebagai berikut.


    10. Beda Fase

Beda Fase adalah perbedaan fase gelombang atau tahapan gelombang. Secara matematis, beda fase dirumuskan sebagai berikut.


Dua buah titik bisa memiliki fase sama dengan syarat sebagai berikut.

 

Dua buah titik bisa memiliki fase berlawanan dengan syarat sebagai berikut.


B. Gelombang Stasioner

Gelombang Stasioner adalah hasil perpaduan Dua buah Gelombang yang Amplitudonya selalu berubah. Artinya, tidak semua titik yang dilalui gelombang ini memiliki amplitudonya sama. Saat membahas gelombang stasioner, kalian akan bertemu dengan Istilah Perut dan Simpul. Perut adalah titik amplitudo maksimum, sedangkan simpul adalah Titik Amplitudo minimum. Gelombang Stasioner dibedakan menjadi Dua, yaitu sebagai berikut.

    1. Gelombang Stasioner Ujung Bebas

Gelombang Stasioner ujung bebas tidak mengalami pembalikan fase. Artinya, Fase Gelombang datang dan pantulnya sama. Dengan demikian, beda fasenya sama dengan nol.

Perpaduan antara gelombang datang dan gelombang pantul pada ujung bebas menghasilkan persamaan berikut.

 

Keterangan : 

Ap = Amplitudo Gelombang Stasioner (m)

Yp = Simpangan Gelombang Stasioner (m)

𝜔 = Kecepatan Sudut Gelombang (rad/s)

t  = Lamanya Gelombang Beretar (s)

k = Bilangan Gelombang

x = Jarak Titik ke sumber Getar (m)


  • Untuk menentukan Letak Perut dari Ujung Bebas, gunakan Persamaan berikut.

  • Untuk menentukan Letak Simpul dari Ujung Bebas, gunakan Persamaan berikut.


    2. Gelombang Stasioner Ujung Tetap

Secara Matematis, Persamaan Simpangan Gelombang Stasioner ujung tetap dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan : 

Ap = Amplitudo Gelombang Stasioner (m)

Yp = Simpangan Gelombang Stasioner (m)

𝜔 = Kecepatan Sudut Gelombang (rad/s)

t  = Lamanya Gelombang Beretar (s)

k = Bilangan Gelombang

x = Jarak Titik ke Sumber Getar (m)

  • Untuk menentukan letak simpul dari ujung tetap, gunakan Persamaan berikut.

 

  • Untuk menentukan letak perut dari ujung tetap, gunakan Persamaan berikut.

 

CONTOH SOAL : 

Suatu Gelombang yang Frekuensinya 500 Hz merambat dengan Kecepatan 300 m/s. tentukan jarak antara dua titik yang berbeda sudut Fase 60o!

Pembahasan : 

Diketahui : f  = 500 Hz    v = 300 m/s    ∆θp = 60o

Ditanya :x =…?

Pembahasan :

Pertama, kalian harus menentukan panjang gelombangnya.

 

Lalu, gunakan Rumus Beda Fase berikut.

 

Jadi, jarak antara dua titik yang berbeda sudut fase 60o adalah 0,1 m.


GELOMBANG BUNYI

Sumber Materi : Quipper (Blog) dan Studiobelajar.com

Gelombang Bunyi atau suara adalah Gelombang Longitudinal yang merambat melalui suatu media. Terdapat Tiga Aspek utama pada Bunyi. Pertama, terdapat sumber bunyi. Kedua, terdapat media agar energi gelombangnya dapat merambat. Gelombang bunyi merambat sebagai Gelombang Longitudinal. Ketiga, terdapat penerima yakni Telinga kamu ataupun Microphone.

A. Gelombang Stasioner


Intensitas bunyi adalah jumlah energi yang ditransfer oleh gelombang per satuan waktu dibanding bidang luasan rambat. Satuan Intensitas bunyi adalah Watt/meter2 (W/m^2). Persamaan Intensitas Bunyi dinotasikan dengan : 


Dimana,
P = Daya Sumber Bunyi (Watt)
A = Luasan Area (m2)

Telinga kamu hanya dapat mendengar suara tidak lebih rendah dari 10^{-12} \: W/m^2 dan tidak lebih tinggi dari 1 \: W/m^2.


Satuan Taraf Intensitas Bunyi adalah decibell (dB), 10 dB = 1 bel. Persamaan taraf intensitas bunyi dinotasikan dengan : 

Dimana,
TI = Taraf intensitas bunyi (dB)
I = Intensitas bunyi (W/m^2)
I0= intensitas ambang pendengaran (W/m^2)
Intensitas ambang pendengaran manusia sebesar 10^{-12} \: W/m^2.


B. Karakteristik Gelombang Bunyi


Cepat rambat bunyi berbeda-beda tergantung jenis material media rambatnya. Besar cepat rambat bunyi juga dipengaruhi oleh temperatur, khususnya jika media rambatnya adalah gas. Contohnya, cepat rambat bunyi di udara pada suhu normal sebesar 343 \: m/s^2, namun cepat rambat bunyi di udara pada suhu 0°C hanya sebesar 331 \: m/s^2.

Karena cepat rambat bunyi di berbagai media Rambatnya berbeda, maka notasi atau persamaan untuk mencari cepat rambat bunyi juga berbeda. Berikut notasi cepat rambat bunyi pada ketiga media rambat:

  • Padat

v = \sqrt{\frac{E}{\rho}}

Dimana,
E = Modulus Elastisitas Material (N/m2)

\rho = Massa Jenis Material (kg/m3)

  • Gas

v = \sqrt{\gamma \frac{P}{\rho}}

Dimana,
P = takanan gas (N/m2)
\gamma = konstanta Laplace (kg/m3)

  • Cair

v = \sqrt{\frac{B}{\rho}}

Dimana,
B = Modulus Bulk (N/m2)

Selain itu, berdasarkan frekuensinya bunyi dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu : 

  • Bunyi Audiosonik : Frekuensinya antara 20 Hz hingga 20.000 Hz. Bunyi Audiosonik merupakan satu-satunya bunyi yang dapat kita dengar secara baik.
  • Bunyi Ultrasonik : Frekuensinya diatas 20.000 Hz. Kita tidak dapat mendengarnya, tapi sebagian binatang dapat mendengarnya, contohnya seperti Anjing dan Kelelawar.
  • Bunyi Infrasonik : Frekuensinya dibawah 20 Hz. Contohnya Gelombang Bunyi yang disebabkan oleh Gempa Bumi, Halilintar, dan Gunung Berapi.

Sumber sumber Bunyi

Sumber-sumber bunyi berasal dari setiap benda yang bergetar. Getaran menghasilkan gelombang. Kita dapat mengetahui Kecepatan Gelombang tersebut. Persamaan kecepatan gelombang dinotasikan dengan : 


v = \lambda \cdot f

Dimana,
\lambda = Panjang Gelombang (m)
f = Frekuensi Gelombang (Hz)

Selain itu, persamaan kecepatan gelombang senar/dawai dan pipa dinotasikan dengan:

v = \sqrt{\frac{F \cdot L}{m}}

Dimana,
F = Tegangan Tali Senar/Dawai (N)
L = Panjang Tali Senar/Dawai (m)
m = Massa Senar/Dawai (kg)


Berikut nada-nada yang dihasilkan dari sumber-sumber Bunyi,

  • Senar/ Dawai

gelombang bunyi senar
[Sumber: Douglas C. Giancoli, 2005]

f_0 : f_1 : f_2 : \cdot = 1 : 2 : 3 : \cdot

f_n = (\frac{n+1}{2L})v \rightarrow n = 0, 1, 2, 3, \cdot

  • Pipa Organa terbuka

pipa organa terbuka


f_0 : f_1 : f_2 : \cdot = 1 : 2 : 3 : \cdot

f_n = (\frac{n+1}{2L})v \rightarrow n = 0, 1, 2, 3, \cdot


  • Pipa Organa tertutup

pipa organa tertutup


f_0 : f_1 : f_2 : \cdot = 1 : 3 : 5 : \cdot f_n = (\frac{n+1}{4L})v \rightarrow n = 0, 1, 2, 3, \cdot

C. Efek Doppler

Efek Dopler adalah peristiwa naik atau turunnya frekuensi gelombang bunyi yang terdengar penerima bunyi ketika sumber bunyi bergerak mendekat atau menjauh. Contoh Efek Dopler dapat dilihat pada gambar dibawah. Pada saat sumber suara diam, kedua penerima mendengar besar frekuensi yang sama. Saat sumber suara bergerak, salah satu penerima mendengar frekuensi yang lebih besar dari sebelumnya dan penerima lain mendengar frekuensi yang lebih kecil dari sebelumnya.

Besarnya Frekuensi Bunyi yang terdengar penerima dinotasikan dengan : 


Dimana,
V = Cepat Rambat Bunyi di Udara (m/s)

V_p = Kecepatan Pendengar (m/s)
(Bernilai Plus (+), jika pendengar Mendekati Sumber Bunyi
Bernilai Minus (-), jika pendengar Menjauhi Sumber Bunyi
Bernilai Nol (0), jika pendengar Diam)

V_s = Kecepatan Sumber Bunyi (m/s)
(Bernilai Plus (+), jika sumber bunyi Menjauhi pendengar
Bernilai Minus (-), jika sumber bunyi Mendekati pendengar
Bernilai Nol (0), jika sumber bunyi Diam)

f_s = Frekuensi Sumber Bunyi (Hz)


Persamaan Efek Doppler dengan tidak mengabaikan Kecepatan Angin : 


D. Aplikasi Gelombang Bunyi

Terdapat aplikasi-aplikasi yang diterapkan berdasarkan prinsip gelombang bunyi, diantaranya:

  • Sonar : 

Sonar menembakkan gelombang suara ultrasonik pada frekuensi 20 kHz hingga 100 kHz. Penggunaan sonar banyak dipakai untuk mengukur kedalaman air.

  • Ultrasonografi (USG) : 

Frekuensi yang digunakan berkisar 1 MHz hingga 10 MHz (1 MHz = 106 Hz). USG digunakan untuk melihat fase-fase pertumbuhan bayi pada kandungan ataupun untuk melihat tumor pada bagian tubuh.

Jarak antar dua tempat dengan Bunyi Pantul dapat dinotasikan dengan : 

S = \frac{v \cdot \Delta}{2}

Dimana,
\Delta = Waktu tempuh gelombang bunyi sejak ditembakkan hingga diterima (s)

CONTOH SOAL : 

Taraf intensitas suara sebuah mesin jet yang diukur dari jarak 30 m adalah 140 dB. Berapa taraf intensitas suara jika diukur dari Jarak 300 m?

Pembahasan : 

Intensitas suara pada 30 m diketahui sebesar : 

TI = 10 \: log (\frac{I}{I_0}) \newline \newline 140 \: dB = 10 \: log (\frac{I}{10^{-12}W/m^2}) \newline \newline 10^{14} = \frac{I}{10^{-12}W/m^2}.

I = 10^{14} \cdot 10^{-12} W/m^2 = 10^2 \: W/m^2.

Pada jarak 300 m, sama dengan 10 Kali lipat dibanding jarak sebelumnya.

\frac{I}{I_1} = \frac{\frac{P}{A}}{\frac{P}{A_1}} \newline \newline \frac{I}{I_1} = \frac{A_1}{A}

I_1 = I \frac{A}{A_1} = 10^2 \: W/m^2 \: (\frac{1}{10})^2 = 10^2 W/m^2 \: (\frac{1}{100}) = 1 W/m^2.

Kemudian, kita dapat cari nilai Taraf Intensitasnya : 

TI = 10 \: log (\frac{I}{I_0}) = 10 log (\frac{1 \: W/m^2}{10^{-12} W/m^2}) = 120 \: dB

Jadi, pada Jarak 300 m taraf intensitas suaranya sebesar 120 dB.


GELOMBANG CAHAYA (SIFAT-SIFATNYA)

Sumber Materi : Studiobelajar.com

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik dengan spektrum yang terbatas (spektrum optik atau spektrum tampak), dimana pada spektrum tertentu tersebut gelombang elektromagnetik dapat terlihat yang kemudian kita sebut sebagai cahaya. Tidak ada batasan yang eksak mengenai spektrum optik tersebut, akan tetapi mata normal manusia dapat menerima/merasakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 400 sampai 700 nm (yang kita sebut sebagai Cahaya Tampak).


Selain cahaya adalah gelombang, cahaya juga dapat dikatakan terdiri dari partikel yang disebut foton. Arah getar cahaya tegak lurus terhadap arah rambatnya, jadi Gelombang Cahaya dikategorikan sebagai Gelombang Transversal.

Gelombang cahaya memiliki Empat karakteristik utama, yaitu : 

    1. Dispersi Cahaya

Dispersi merupakan pembiasan Cahaya Putih (Cahaya Polikromatik) menjadi komponennya yaitu Cahaya Monokromatik. Dispersi akan terjadi saat cahaya putih melewati medan pembias.

Kita dapat mengamati sifat cahaya ini dengan menggunakan Prisma sebagai Medan Pembias. Pada prisma, cahaya yang masuk akan mengalami Pembiasan 2 Kali, yakni saat masuk ke Prisma dan saat keluar ke Prisma.


Pelangi merupakan salah satu contoh dispersi cahaya yang dapat kita amati secara alami. Air hujan membiaskan Cahaya Matahari sehingga cahaya terdispersi menjadi berbagai cahaya tampak yang kita sebut sebagai pelangi.

    2. Interferensi Cahaya

Interferensi Cahaya merupakan penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya atau lebih yang dapat menimbulkan terbentuknya gelombang lain.

Interferensi Cahaya pada celah ganda terjadi karena adanya beda fase cahaya dari cahaya yang melalui kedua celah tersebut. Ketika sebuah sumber cahaya yang sama persis Frekeuensi dan panjang gelombangnya melewati dua buah celah, maka akan terjadi Superposisi yang menyebabkan munculnya garis-garis gelap dan terang pada Layar.


Karena Superposisi gelombangnya memiliki sudut interferensi, persamaannya dapat ditulis sebagai:

d \cdot \sin \theta = m \cdot \lambda

Perhatikan gambar diatas, jika sudut nya sangat kecil (\sin \theta \approx \tan \theta) sehingga nilai \sin \theta sebesar y/l, maka persamaannya menjadi:

Untuk Pita Terang : 

d \frac{y}{l} = m \cdot \lambda

Untuk Pita Gelap : 

d \frac{y}{l} = (m - \frac{1}{2}) \cdot \lambda

Di mana:

d = Jarak antar Celah (m)
θ = Sudut Interferensi
m = Orde (0,1,2,…)
𝜆 = Panjang Gelombang (m)
y = Jarak Pita orde-m ke Terang Pusat (m)
l = Jarak Celah ke Layar (m)


    3. Difraksi Cahaya

Difraksi merupakan pelenturan cahaya saat cahaya melalui celah sehingga cahaya akan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memiliki sifat cahaya yang baru.

        Difraksi Celah Tunggal

Saat cahaya melalui celah yang sangat kecil maka dapat terjadi peristiwa terbentuknya pita gelap dan terang yang disebut sebagai Difraksi Celah Tunggal. Setelah cahaya melalui celah tersebut, terbentuklah cahaya baru (dengan menganggap celah sebagai sumber cahaya baru) yang menyebar ke segala arah.


Pada Difraksi Celah Tunggal, Pita Terang akan menutup satu orde-m. Maka persamaannya menjadi:

Untuk Pita Terang :

d \frac{y}{l} = (m + \frac{1}{2}) \cdot \lambda

Untuk Pita Gelap :

 d \frac{y}{l} = m \cdot \lambda


        Difraksi pada Kisi (Celah Banyak)

Jika sebuah Cahaya Monokromatis dilewatkan pada lempeng kisi atau celah banyak, maka akan terbentuk pola difraksi berupa pola gelap dan terang pada layar. Kisi adalah susunan celah yang sejajar dan memiliki ukuran yang sama, dan dapat dibuat dengan cara membuat goresan-goresan pada Lempeng Kaca atau Logam menggunakan ujung intan.

Hubungan antara banyaknya celah dengan jarak antar celah dirumuskan sebagai : 

d = \frac{1}{N}

Di mana : N = konstanta kisi (garis/m)

Pada difraksi celah banyak, pola terang dan gelang sama dengan Interferensi.

Untuk Pita Terang : 

 d \frac{y}{l} = m \cdot \lambda

Untuk Pita Gelap :

d \frac{y}{l} = (m - \frac{1}{2}) \cdot \lambda


    4. Polarisasi Cahaya


Polarisasi Cahaya merupakan berkurangnya intensitas cahaya yang diakibatkan oleh berkurangnya komponen pada gelombang cahaya. Polarisasi hanya dapat terjadi pada gelombang transversal. Polarisasi cahaya dapat terjadi akibat pemantulan, pembiasan, absorpsi dan hamburan.

  • Polarisasi akibat pembiasan : 

Jika sinar pantul tegak lurus dengan sinar biasnya, maka sinar pantul akan terpolarisasi. Besarnya sudut polarisasi dapat dihitung dengan persamaan:

\tan i_p = \frac{n_2}{n_1}

Di mana :

ip = Sudut Polarisasi
n2 = Indeks bias tujuan
n1 = Indeks bias asal

  • Polarisasi akibat Absorpsi :

Jika intensitas cahaya terpolarisasi, maka setelah melewati Polarisator Pertama, maka Persamaan Intensitas cahaya menjadi:

I_1 = \frac{1}{2}I_0

Di mana :

I1 = Intensitas Cahaya setelah melewati Polarisator (cd)
I0 = Intensitas Sumber Cahaya (cd)



Demikianlah semoga membantu khususnya untuk menyelesaikan soal Mata Pelajaran Fisika Kelas 11. 

Mohon maaf apabila ada sedikit Kesalahan, baik itu Salah Kata, ataupun Salah menulis Rumus.Terima Kasih 😀👍 :)

Wassalammu‘alaikum wr. wb.

Ads